Disabilitas Netra Balik Lagi ke Wyata Guna

| 22 Jan 2020 14:07
Disabilitas Netra Balik Lagi ke Wyata Guna
Disabilitas Netra (Iman Herdiana/era.id)
Bandung, era.id - Puluhan disabilitas netra balik lagi ke asrama di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna, Bandung. Mereka ditampung di dua asrama, yaitu asrama Kasuari dan Flamboyan usai menolak meninggalkan tempat itu karena aturan baru usai berubahnya statusnya dari panti menjadi balai.

Menurut salah seorang disabilitas netra Wyata Guna, Bandung, Rianto, fasilitas yang mereka peroleh usai bersepakat dengan perwakilan Kementerian Sosial dan pengelola Wyata Guna Kamis malam lalu hanya berupa kasur dan ruangan. Rianto mengatakan tenggat waktu mereka mendiami kembali asrama yaitu sampai rampungnya jenjang studi pendidikan yang sedang ditempuh.

"Kenapa kita memperjuangkan terutama cabut Permensos itu, yang mengubah fungsi dari panti ke balai. Yaitu salah satunya karena merugikan teman-teman disabilitas netra terutamanya. Soalnya sekitar tiga bulan yang lalu, itu mau ada yang daftar kesini (Wyata Guna) masuk kesini umurnya sembilan tahun itu enggak diterima langsung ditolak. Nah adik - adik yang disini saja, banyak yang kelas dua SMA dan itu sebentar lagi mau kuliah. Kalau sudah menjadi balai kan enggak bisa kuliah. Nah gimana nasib adik - adik kami gitu. Nah kita lebih mempertimbangkan kesana," kata Rianto saat dihubungi via telepon, Bandung, Rabu (22/1/2020).

Rianto menyebutkan alasan lain penolakan untuk hengkang dari Wyata Guna adalah aksesibilitas yang mumpuni bagi disabilitas netra, dianggap hanya dimiliki oleh balai disabilitas netra tertua di Indonesia tersebut. Rianto menyayangkan apabila proses studi disabilitas netra yang tengah berjalan, menjadi terhambat akibat adanya pergantian status panti menjadi balai.

Rianto beranggapan dengan kembalinya disbailitas netra menghuni asrama di Wyata Guna, bukan menjadi jaminan tuntutan mereka dipenuhi seluruhnya oleh pemerintah dalam hal ini pengelola Wyata Guna dan Kementerian Sosial. Alasannya ucap Rianto, berkas nota kesepahaman (MOU) yang telah ditandatangani pada Kamis malam lalu dianggap masih tidak jelas.

"Soalnya kan tidak ada jaminan. Apakah pihak kementerian yang kemarin datang kemari benar-benar bisa menjebatani kami atau tidak. Saya kira tunggu saja sesuai dengan perjanjian itu. Kalau dalam satu atau dua bulan ini mereka tidak beritikad baik, ya sudah kita akan membuat aksi yang lebih besar lagi," ujar Rianto.

Kepala BRSPDSN Wyata Guna Bandung Sudarsono, mengatakan seluruh disabilitas netra penentang beralihnya status panti menjadi balai ditempatkan di dua asrama bagi laki-laki dan satu asrama bagi perempuan. Sudarsono menyebutkan selama kembali ke asrama, kebutuhan dasar disabilitas netra tersebut seluruh kebutuhan dasarnya dipenuhi oleh Wyata Guna.

"Kebutuhan dasar seperti pengasramaan, ya sudah kita tempatkan kan. Kebutuhan asrama, kayak kebutuhan permakanan kita juga sudah mulai disiapkan untuk mereka. Kalau kebutuhan lainnya kesehatan apa segala macam kan sudah include kan. Kami juga punya poliklinik dan sebagainya. Kalau hal-hal yang emergency, kami juga sudah punya jaringan puskesmas, rumah sakit dan sebagainya," kata Sudarsono saat dihubungi.

Sudarsono berharap dengan kembalinya puluhan disabilitas netra menjadi penghuni asrama Wyata Guna, seluruh kegiatan dan aktifitas di tempat tersebut berjalan kembali normal. Karena tuntutan yang dilayangkan oleh penghuni Wyata Guna tersebut sedang dilakukan negosiasi untuk dipenuhi.

Untuk itu Sudarsono meminta kepada seluruh pihak agar ikut menjaga kondusifitas yang sekarang ini tengah berlangsung. Salah satunya adalah dengan membatasi kelompok lain diluar puluhan disabilitas netra berada dilingkungan Wyata Guna.

"Kan anak-anak ini sudah berada didalam lagi dan itu sudah menjadi tanggung jawab kami lagi. Kami akan mencoba mengurangi pihak luar yang masuk ke dalam, apapun alasannya. Kalau mendampingi saat diluar ya silakan, kalau di dalam ada apa-apa segala macam nanti dulu. Ini kita pengen cooling down dulu, mereka itu sudah capek diluaran. Jangan dipaksa mereka menjadi komoditi untuk kepentingan-kepentingan orang luar gitu kan," ucap Sudarsono.

 

Tags : disabilitas
Rekomendasi