Mengungkap Chat Group Nth Room, Predator Seks Anak yang Gemparkan Korsel

| 24 Mar 2020 08:17
Mengungkap <i>Chat Group</i> Nth Room, Predator Seks Anak yang Gemparkan Korsel
Pendiri grup chat Telegram Nth Room. (Foto: Istimewa)
Jakarta, era.id - Pemerintah Korea Selatan  menghadapi krisis kedua setelah pandemi COVID-19. Saat ini, pihak aparat kepolisian Korea Selatan sedang mendalami kasus sindikat kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur. Kejahatan ini dikenal dengan nama Nth Room, yang beranggotakan 260.000 orang.

Nth Room merupakan sebuah grup chat berbasis telegram yang terbagi atas beberapa kelas. Di mana tiap kelasnya memiliki tarif yang berbeda. Kejahatan ini dikepalai oleh Cho Joo Bin, seorang pria berusia 25 tahun. Dalam grup chat tersebut, Cho dikenal sebagai "baksa" yang berarti dokter atau guru dalam bahasa Korea.

Dalam melancarkan aksi kejahatannya, Cho berkedok dengan cara menipu para korbannya yang rata-rata masih di bawah umur. Cho melancarkan aksinya dengan meminta para korban untuk mengirimkan video seksual untuk mendapatkan uang.

Setelah mendapatkan video seksual dari para korban, Cho pun menjualnya secara ilegal ke dalam grup chat, yang kemudian dikenal dengan Nth Room. Aksi kejahatan tersebut tidak berhenti sampai disitu saja, Cho bahkan mengancam para korbannya jika tidak melakukan perintahnya.

Ancaman tersebut pun berbeda-beda untuk tiap korbannya. Salah satu korban sempat diancam akan menyebar sebuah video masturbasi dengan menggunakan dildo yang dilakukan salah satu korban kepada pihak keluarga. Bahkan ancaman tersebut terus berjalan ketika permintaan Cho tidak dituruti. Cho akan mengancam menyebarkan konten pornografi tersebut ke pihak sekolah dan jaringan sosial media secara luas.

"Halo sepertinya kamu masih hidup? Saya mengirimkan drive USB ke sekolah Anda, tetapi melihat dari cara Anda bertindak, sepertinya Anda masih belum sepenuhnya menerima pesan saya. Saya yakin sudah mengatakan ini dengan jelas sebelumnya. Jika Anda tidak mendengarkan saya, saya akan menghancurkan hidup Anda. Balas pesan ini segera setelah Anda menerimanya. Jika Anda tidak membalas, maka saya akan mengirim video ini kepada Ayah Anda tentang masturbasi dengan dildo di kamar mandi. Saya juga akan membagikan semua video Anda di Twitter," kata Cho kepada salah satu korbannya yang diungkap pihak Kepolisian Korea Selatan, seperti dilansir dari Asian Junkie.

Menurut pihak kepolisian Korea Selatan, Cho juga menipu korban untuk mengirimkan foto-foto telanjang termasuk wajah mereka. Para korban pun diberikan janji oleh Cho terkait pekerjaan paruh waktu bergaji tinggi. Namun, ketika permintaan Cho dituruti, para korban tidak mendapatkan pekerjaan apa pun termasuk bayaran yang dijanjikannya.

Nth Room sendiri terbagi atas tiga kelas yang berbeda. Mulai dari level satu dengan tarif 200.000 - 250.000 won (sekitar Rp2.6 juta), level 2.700.000 won (sekitar Rp9 juta), dan level 3 dengan tarif 1,5 juta won (sekitar Rp19,5 juta). Sejauh ini, total korban dari kejahatan seksual yang dilakukan oleh Cho berjumlah 74 korban, dengan 16 korban di bawah umur.

Saat ini pihak kepolisian telah menangkap Cho dan 13 orang lainnya yang membantu aksi kejahatan Cho sejak tahun 2018. Cho ditangkap dengan barang bukti berupa uang sejumlah 130 miliar won atau sekitar Rp1,7 triliun. Para pelaku yang juga diduga melakukan kejahatan lainnya berupa pencucian uang.

Kemarahan warga Korea Selatan atas kasus ini pun berbuntut panjang. Dua buah petisi atas desakan warga Korea Selatan terhadap pihak Kepolisian Seoul untuk menuntaskan kasus dan membuka identitas pelaku pun bergulir kencang di sosial media. Sedikitnya 2 juta lebih orang telah menandatangani petisi tersebut.

Bahkan aksi ini pun didukung oleh para selebritas Korea Selatan, seperti Hyori dan Sojin Girl's Day, Baek Yerin, Ravi VIXX, BM KARD, Simon D, Baekhyun dan Chanyeol EXO, Nam Bora, Han So Hee, Ha Yeon Soo, Park Jimin, dan masih banyak lagi.

Para selebritas Korea Selatan mengecam keras tindakan kriminal pelaku dan berharap pelaku dapat segera dihukum sesuai dengan apa yang diperbuatnya. Kasus ini pun masih terus diselidiki oleh pihak Kepolisian Metropolitan Seoul.