Cerita Rumitnya Mendapatkan Hasil Tes Swab Korona

| 30 Mar 2020 14:48
Cerita Rumitnya Mendapatkan Hasil Tes Swab Korona
Riki Rachman Permana (Straits Times)
Jakarta, era.id - Seorang staf konter diplomatik di Bandara Soekarno-Hatta, Riki Rachman Permana mengalami demam tinggi dan lemas. Ia segera pergi ke dokter pada 8 Maret lalu untuk memastikan kondisinya di tengah ancaman wabah COVID-19 di Indonesia.

Sepekan sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengumumkan dua kasus pertama penularan virus korona baru di Indonesia. Sebab itu, pria 29 tahun tersebut lalu dirujuk ke RS Gunung Jati, Cirebon.

Selama di Rumah Sakit, ia mejalani lima kali tes darah, cek paru dan jantung. Semua tes menunjukkan ia sehat. Terakhir, ia menjalani tes swab dan dinyatakan positif korona pada tanggal 14 Maret.

Masalahnya, hingga saat ini ia belum menerima hasil pemeriksaan swab keduanya yang dilakukan pada 18 Maret silam. Pria asal Cirebon ini juga mengeluhkan rumitnya proses birokrasi karena keadaannya 'digantung' antara masih positif atau sudah negatif korona meski keadannya kini sudah sangat membaik.

"Ini sangat membuat frustrasi. Saya menunggu setiap hari. Saya menunggu untuk keluar rumah sakit, berharap pulang," ujarnya seperti dikutip dari Straits Times, Senin (30/3/2020).

Menurut pihak rumah sakit, ia harus menunggu hasil tes swab-nya selama tujuh hari karena harus diperiksa di Balitbangkes Kemenkes di Jakarta.

Saat menunggu hasil tes keduanya, ia sudah tak betah di rumah sakit karena merasa sudah sehat dan tak mengalami lagi gejala seperti demam dan batuk. Ia menilai prosedur pengiriman surat hasil pemeriksaan swab dari Balitbangkes Kemenkes, berbelit-belit.

 

Selain itu, surat hasil pemeriksaan juga harus 'mampir' dulu di tingkat pemerintah provinsi, pemerintah kota atau pemerintah kabupaten setempat, sampai akhirnya dikirim ke rumah sakit dan pasien.

"Sebuah alur distribusi yang sangat panjang. Dalam kondisi genting seperti sekarang ini apakah tidak bisa disederhanakan?" kata Riki.

Akhirnya ia mengirim surat terbuka kepada Presiden dan Menkes. Dia mengeluhkan lamanya hasil tes swab dan panjangnya proses birokrasi saat mengumumkan hasil. Pihak Istana pun berjanji akan menindaklanjuti keluhan Riki.

"Waktu tes yang panjang mungkin menyebabkan antrean sampel karena ribuan sampel yang harus diperiksa," kata juru bicara rumah sakit, Arif Wibawa.

Pihak rumah sakit maupun Kemenkes mungkin khawatir jika pasien yang terlihat sehat tapi belum menerima hasil pemeriksaan terakhirnya dipulangkan akan menulari virus korona. Maka dari itu, pasien tetap harus dirawat di rumah sakit hingga hasil pemeriksaan terakhir keluar. Namun, ketersediaan kamar di rumah sakit juga terbatas dibandingkan laju jumlah pasien positif korona. 

Per Minggu (29/3) saja ada 1.285 pasien COVID-19 di Indonesia, berbanding 64 pasien yang sudah dinyatakan sembuh.

 

Rekomendasi