Empat Strategi Pemerintah Atasi COVID-19

| 09 Apr 2020 08:11
Empat Strategi Pemerintah Atasi COVID-19
Achmad Yurianto
Jakarta, era.id - Pemerintah Pusat melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 membuat empat strategi yang akan secara konsisten dilakukan untuk menguatkan kebijakan physical distancing sebagai strategi dasar demi mengatasi pandemi COVID-19.

Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Achmad Yurianto, mengungkapkan strategi pertama sebagai penguatan strategi dasar itu adalah dengan Gerakan Masker untuk Semua yang mengampanyekan kewajiban memakai masker saat berada di ruang publik atau di luar rumah.

"Karena kita tidak tahu apa orang di sekitar kita menderita COVID-19 tanpa gejala atau biasa disebut tanpa gangguan. Karenanya dengan pakai masker, kita yakini kita agak rentan pada penularan COVID-19 ini," kata Yuri di Gedung Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Rabu (8/4).

Strategi kedua adalah penelusuran kontak (tracing) dari kasus positif yang dirawat dengan menggunakan rapid test atau tes cepat pada orang terdekat, tenaga kesehatan yang merawat pasien COVID-19, serta pada masyarakat di daerah yang ditemukan banyak kasus.

"Inilah gunanya pemerintah tentukan kebijakan untuk lakukan screening atau pemeriksaan penapisan dengan Rapid Test. Alat Rapid Test Sudah didistribusikan lebih dari 450 ribu kit ke seluruh Indonesia. Tujuannya untuk penjaringan kasus penelusuran kontak pada tenaga kesehatan dan komunitas di wilayah yang banyak sekali kasus positif. Ini strategi awal yang dilakukan terkait tes," imbuh Yuri.

Strategi ketiga adalah edukasi dan penyiapan isolasi secara mandiri pada sebagian hasil tracing yang menunjukan hasil tes positif dari rapid test atau negatif dengan gejala untuk melakukan isolasi mandiri.

"Isolasi ini bisa dilakukan mandiri atau berkelompok seperti diinisiasi oleh beberapa kelompok masyarakat. Ini positif patut diapresiasi. Sehingga saudara kita bisa lakukan dengan baik tanpa ada stigmatisasi dan upaya mengucilkan," ujarnya.

Dari kelompok inilah jika kemudian dilakukan tes ulang ditemukan positif atau keluhan klinis yang memburuk, baru akan dilakukan pengecekan antigen melalui metode PCR demi efektifitas pemeriksaan.

"Sampai sekarang kita sudah laksanakan pemeriksaan lebih dari 15.000. Ketersediaan Reagen untuk PCR sudah  ada sampai 200.000. Tes PCR kita tes untuk menegakan diagnosa dari mekanisme screening yang terarah sehingga persentase positif dari PCR ini relatif tinggi. Karena kita melakukan tidak dengan metode acak, tapi terpilih dan terstruktur dimulai dari awal," tuturnya.

Strategi keempat adalah isolasi Rumah Sakit yang dilakukan kala isolasi mandiri tidak mungkin dilakukan, seperti karena ada tanda klinis yang butuh layanan definitif di Rumah Sakit.

Termasuk isolasi di RS rujukan, RS Darurat Wisma Atlet ataupun di Pulau Galang yang akan diikuti beberapa daerah untuk melakukan isolasi kasus positif dengan gejala klinis ringan hingga sedang yang tidak mungkin laksanakan isolasi mandiri.

"Puncaknya adalah RS rujukan, untuk penanganan kasus dengan keluhan sedang hingga berat yang butuh peralatan bantu yang spesifik termasuk ventilator. Strategi ini kita lakukan dalam rangka mengefektifkan, mengefisiensikan dan tepat sasaran saat kita gunakan sumber daya yang kita miliki. Inilah langkah-langkah yang dilakukan dan akan terus konsisiten dilakukan," ucap Yuri menambahkan.

Kendati demikian, Yuri mengingatkan bahwa ujung tombak penanggulangan ini adalah masyarakat.

"Bagaimana pondasi mencegah penularan diperkuat. Sehingga hal-hal yang harus dilakukan adalah gunakan masker kain, karena masker bedah dan N95 hanya untuk petugas medis. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, hindari kerumunan, jaga kesehatan diri sendiri, jangan lakukan perjalanan ke manapun, ke luar rumah hanya diperlukan, selebihnya di rumah. Kita bisa lindungi diri kita, keluarga kita, tetangga kita dan bangsa kita. Hanya kita dan kita sajalah yang bisa lindungi bangsa ini hadapi COVID-19," kata Yuri.

Rekomendasi