RSPAD Gatot Soebroto merupakan salah satu RS rujukan untuk penanganan virus korona baru. Andika mengaku, RSPAD Gatot Soebroto sudah cukup kewalahan menerima pasien COVID-19.
"Hanya untuk operasional harian saja RSPAD sendiri itu tertatih-tatih," ujar Andika, saat Rapat Kerja dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Komisi I DPR RI, Rabu (15/3).
Salah satu hal yang membuat kewalahan adalah lamanya hasil tes lab, sehingga pasien ODP dan PDP membludak. Padahal, selama hasil tes belum diterima, pasien belum tentu dinyatakan positif COVID-19. Para pasien menjadi tercampur di ruang isolasi. "Jadi kebingungan itu terjadi hari ke hari," katanya.
RSPAD menerima pasien COVID-19 baik dari masyarakat umum maupun kalangan VIP seperti pejabat dan bos BUMN. Pasien VIP biasanya lebih cepat keluar hasil tesnya, sedangkan untuk masyarakat umum biasanya hasil tes keluar dalam beberapa minggu karena keterbatasan alat tes dengan metode PCR dan alat pengujiannya.
Andika memaparkan, hanya ada 400 reagen yang tersedia. Sementara sekitar 200 di antaranya masih berada di Singapura.
"Jadi pada saat teleconference kami Senin kemarin, itu hanya tinggal bertahan sampai dengan hari ini untuk test kit swab-nya. Kalau itu tidak ada kan tidak bisa, percuma, ada laboratorium tapi tidak bisa melakukan swab test. Jadi kita harus merujuk lagi ke laboratorium PCR di Balitbangkes, lama lagi," sambung mantan Danpaspampres ini.
Selain itu, ketersediaan stok alat pelindung diri (APD) di RSPAD pun hanya cukup untuk 5 hari. Padahal, sehari-hari tenaga medis di RSPAD berpacu dengan waktu untuk menangani pasien korona.
"Terus APD juga RSPAD saat ini stok cadangannya tinggal 5 hari 4 hari. Bayangin nih, berarti kan dari hari ke hari kita berpacu dalam melodi. Bagaimana mensuplai lagi suplai lagi terus menerus. Karena kalau tidak dibantu ya sudah pasti akan kolaps. Tidak bisa membantu pasien COVID-19," tandas Andika.