Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan selain tahap awal, beberapa negara lain juga sudah memasuki masa di mana gelombang kedua wabag mulai terjadi pascakarantina.
"Sebagian besar negara masih dalam tahap awal epidemi mereka. Dan beberapa yang terdampak di awal pandemi sekarang mulai melihat kemunculan kembali kasus-kasus." ujar Tedros dalam konferensi pers virtual di Jenewa, Swiss.
Politisi asal Ethiopia ini menilai juga wabah virus korona masih akan terjadi dalam waktu yang lama.
"Jangan salah, kita masih harus menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama," lanjutnya seperti dikutip dari AFP, Kamis (23/4/2020).
WHO juga mengkhawatirkan negara-negara yang baru mulai tahap awal pandemi. Indikatornya adalah kenaikan jumlah kasus positif secara signifikan.
"Namun meski angkanya rendah, kami melihat tren kenaikan yang mengkhawatirkan di Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, serta Eropa timur," lanjutnya.
Misalnya, laporan di Spanyol mengalami peningkatan jumlah kematian COVID-19 di hari kedua lockdown. Kini, Pemerintah Spanyol tak berharap lockdown sampai pertengahan Mei.
"Kita harus sangat berhati-hati dalam fase ini," ujar Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez.
Wabah ini memicu tidak hanya keadaan darurat kesehatan, tetapi juga menurunnya ekonomi global. Bahkan, bisnis-bisnis sekarang banyak yang gulung tikar dan jutaan manusia kehilangan pekerjaan.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memberikan pandangan mengenai pengangguran yang terjadi di banyak negara. Para pakar kesehatan memperingatkan akan adanya virus korona gelombang kedua, karena bersamaan dengan flu musiman saat musim dingin saat ini.
"Kita harus berjaga-jaga terhadap virus korona yang berbahaya. Banyak orang sudah meninggal dunia dan rugi karenanya", kata Trump.