"90 persen alat kesehatan kita ini impor. Ini sengaja memang, dari dulu saya salah satu pengusaha tahun 2006 itu main barang ini, aku tahu betul permainan barang ini," ujar Bahlil saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI secara virtual, Kamis (23/4).
Mantan Ketua Umum Hipmi ini bilang ada kesengajaan industri alat kesehatan tidak dibangun sejak dulu agar selalu impor. Menurutnya, banyak juga permainan dari para stakeholder di sektor alat kesehatan supaya idustri dalam negeri tidak berkembang.
Namun, kini mata pemerintah makin terbuka untuk membangun industri alkes dalam negeri.
"Kemarin, atas arahan bapak presiden untuk segera memikirkan, mencari investor yang akan melakukan investasi di bidang alkes. Kita minta dari Korea Selatan, Amerika Serikat, Jerman, dan beberapa negara lain, ini sekarang kita lagi kerjakan," ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sempat menyinggung adanya mafia alkes dan obat-obatan yang membuat Indonesia terus menerus ketergantungan dengan impor.
Karenanya dia ingin menekan produk impor alat kesehatan. Salah satu caranya lewat beberapa BUMN yang bakal membuat alkes yang sangat penting saat wabah korona ini yakni ventilator.
"Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak, janganlah negara kita yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik yang kotor, sehingga alat kesehatan mesti impor, bahan baku mesti impor," kata Erick, Kamis (16/4).
Sebagai negara yang besar seharusnya Indonesia bisa mengurangi impor tersebut. Saat ini Indonesia masih 90 persen impor alat kesehatan dari luar negeri.
"Negara sebesar Indonesia sudah seyogyanya punya strategi yang namanya energy security, food security dan health security. Sangat menyedihkan jika negara sebesar Indonesia 90 persen bahan bakunya dari luar negeri untuk industri obat, sama juga alat kesehatan mayoritas dari luar negeri," ungkap Erick.