Derita Warga Amazon Jalan Kaki 500 Km Karena COVID-19

| 20 Jun 2020 20:14
Derita Warga Amazon Jalan Kaki 500 Km Karena COVID-19
Maria Tambo (CNN)
Jakarta, era.id - Maria Tambo, wanita asal Ucayali di Amazon terpaksa jalan kaki sejauh 350 mil agar bisa kembali ke kampung halamannya. Dia bersama ketiga anaknya harus mendaki gunung, melewati lembah, dan berbagai rintangan dari Lima, Peru, menuju Ucayali, Amazon.

Kedatangan Tambo ke Lima, Peru awalnya hanya untuk mengantar anak tertuanya yang berhasil meraih beasiswa di Universidad Científica del Sur, Peru. Dia dan anak-anaknya memutuskan untuk kos dan berencana akan bekerja di sebuah restoran demi menyambung hidup. Sayang, wabah virus korona membuyarkan impiannya.

Setelah mencoba bertahan selama dua bulan, tabungannya makin menipis. Dia tak mampu membayar sewa kamar dan membeli makanan sehari-hari karena lockdown dan karantina wilayah mulai diberlakukan. Restoran hingga transportasi umum dihentikan hingga suasana kembali kondisif.

Awal Mei 2020, dia bersama ketiga anaknya memutuskan untuk pulang kampung ke Ucayali, Amazon. Karena kendaraan tak boleh melintas, dia terpaksa jalan kaki sejauh 350 mil (563 km) demi kembali ke kampung halamannya.

“Saya tahu bahayanya (karena) saya menempatkan anak-anak saya dalam bahaya, tetapi saya tidak punya pilihan. Saya lebih baik mati dengan berusaha keluar dari sini (Lima) atau mati kelaparan di kamarku,” kata Tambo kepada CNN, Sabtu (20/6/2020).

Saat meninggalkan Lima, dia bersama anaknya memakai masker penutup wajah dan memakai ransel dipunggungnya dan menggendong anak bungsunya. Dua anaknya, Amelie dan Yacira juga berjalan disisinya sambil membawa barang-barangnya sendiri.

Perjalanan mengerikan sekaligus penuh perjuangan pun di mulai. Dia harus melewati rute yang tak pernah dilalui banyak orang. Selama berjalan kaki tak sedikit orang yang melintas merasa iba dan melemparkan roti.

Setelah tiga hari berjalan tanpa kepastian kapan sampai tujuan, Tambo melihat seseorang dengan truknya yang menolong banyak orang dengan memberi tumpangan. “Aku sudah banyak berjalan,” katanya saat menghampiri supir truk itu sambil menahan tangis.

Di sisi lain, tangan anak-anaknya sudah berubah menjadi ungu atau memar akibat kelelahan berjalan. Belum lagi urusan pemeriksaan di pos-pos penjagaan. Dia harus berusaha keras menjelaskan ke petugas agar diberi izin lewat.

“Kamu tidak bisa lewat di sini dengan anak-anak,” kata salah satu petugas pos penjagaan.

Namun usaha panjangnya setelah tujuh hari tujuh malam melakukan perjalanan dengan jalan kaki, mereka pun berhasil. Kedatangannya pun disambut oleh anjing-anjing peliharaannya di depan rumah. Tambo menangis, besujud karena berhasil kembali pulang. Tapi dia dan ketiga anaknya harus menjalankan karantina selama 14 hari tanpa kontak fisik dengan siapa pun.

“Sangat sulit, kami sangat menderita. Aku tidak ingin pergi ke Lima lagi. Kupikir aku akan mati di sana bersama gadis-gadisku (anaknya),” ungkap Tambo.

 

Rekomendasi