Minggu lalu, pihak kepolisian Italia mengumumkan suatu penemuan paket narkoba jenis amfetamin dengan jumlah sangat besar, seperti dilaporkan DW kemarin (7/7/2020).
Dalam sebuah video yang didapat dari Guardia di Finanza, unit investigasi penggelapan uang dan penyelundupan di bawah Kementerian Ekonomi dan Keuangan Italia, menunjukkan seorang petugas menggunakan gergaji untuk memotong bungkusan kertas berbentuk silindris yang dipaketkan dari negara Suriah.
Dari celah yang terbuka di dasar paket tersebut kemudian meluncur butiran pil narkoba yang oleh polisi dinamakan sebagai kaptagon. Pihak pemerintah mengatakan mereka menyita 84 juta tablet yang mencapai bobot total 14 ton, dan jumlahnya, kata polisi, cukup untuk menyuplai seluruh daratan Eropa. Nilai yang mereka taksir atas paket temuan itu adalah 1 milyar euro (Rp16,2 trilyun).
Kejadian tersebut dianggap kantor berita DW sebagai "pertunjukan humas." Namun, yang lebih mencolok lagi adalah pernyataan otoritas bahwa paket tersebut dikirimkan dari Suriah oleh kelompok Negara Islam (ISIS).
Namun, beberapa pakar terorisme dan Timur Tengah ragu dengan kebenaran pernyataan tersebut. Kapasitas produksi narkotika sebesar itu, kata direktur Institut Timur Tengah Charles Lister, "tak mungkin" dimiliki oleh ISIS. "Terlalu sulit untuk dibayangkan."
This story doesn't add up... at all.
There's no way #ISIS has the capacity to produce narcotics, especially at this scale. Beyond hard to fathom.
FWIW, #Assad-held territories have been huge manufacturers of captagon -- exporting region-wide. Multiple recent seizures. https://t.co/s5r7nEfdHE
— Charles Lister (@Charles_Lister) July 1, 2020
Seorang reporter perang dan peneliti senior untuk isu-isu global di Universitas Yale, Janine di Giovani, pun memiliki keraguan karena "mereka, menurut beberapa kolega saya, 'tinggal di gua-gua di Suriah dan Irak," kata dia kepada kantor berita DW.
Keabsahan pernyataan otoritas Italia juga makin surut karena pelabuhan Latakia di Suria, kota yang terletak di bibir laut Mediterania, masih belum terjangkau oleh ISIS. Justru, kota tersebut berada dalam genggaman Presiden Assad.
Bahwa ISIS memproduksi pil kaptagon, ini bisa dibuktikan. Mereka memproduksi narkotika bagi para milisi mereka dan untuk dijual di daerah Timur Tengah. Namun, mereka bukanlah satu-satunya produsen narkotika yang merupakan campuran antara amfetamin dan kafein ini.
"Dalam beberapa tahun terakhir, pusat produksi berada di Lebanon dan Suriah," kata Thomas Pietschmann, peneliti senior di Kantor Narkotika dan Kriminal PBB, kepada DW.
Sebagian besar pil kaptagon yang beredar di pasaran dikirimkan dari Pelabuhan Latakia. Pada Februari lalu 5,6 ton tablet kaptagon ditemukan tersembunyi di dalam kontainer kabel listrik menuju Dubai. Sementara Juni tahun lalu, otoritas Yunani menghentikan pengiriman 33 juta pil yang tersimpan di dalam palet kayu, yang kesemuanya dikirim dari Latakia.
Besarnya jumlah pil kaptagon yang dikirim, pelabuhan asal pengiriman, dan metode yang dipakai untuk menyembunyikan pil-pil narkoba tersebut justru mengarahkan kecurigaan kepada rezim Presiden Assad.
Koran Der Spiegel mengatakan bahwa paman Presiden Assad, Samer Kamal Assad, memiliki beberapa pabrik produksi kaptagon yang disamarkan sebagai kantor pengiriman barang di sebelah selatan kota Latakia. wadah kertas berbentuk tabung diduga dibuat di sebuah pabrik yang didirikan di Aleppo, artinya alamatnya belum muncul di daftar sanksi pemerintah.
Sementara itu, pihak pemerintah Italia mengaku "tidak tahu" apakah rezim pemerintahan Suriah berada di balik pengiriman paket narkotika tersebut.