Seperti diberitakan kantor berita Associated Press (AP), serangan terhadap Philippe Monguillot, pada Minggu (5/7/2020) mengakibatkan ia harus opname di rumah sakit dalam kondisi kritis. Saat ia lalu diumumkan meninggal pada Jumat lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron lantas mengirim menteri dalam negeri, Gerald Darmanin, untuk menemui keluarga Monguillot.
Istri sang supir bus naas, Veronique Monguillot, mengatakan bahwa ia dan ketiga anak perempuannya "hancur" karena serangan terhadap suaminya itu, yang peristiwanya terjadi di sebuah perhentian bus di Bayonne, daerah barat daya Prancis.
Jaksa sipil Bayonne mengatakan bahwa Monguillot diserang empat orang penumpang busnya, bus no.810, setelah ia meminta mereka untuk memakai masker. Pemakaian masker di dalam alat transportasi publik sendiri sifatnya wajib di Prancis selama pandemi virus korona.
Tidak terima dengan permintaan Monguillot, keempat orang itu lantas menghina sang supir bus, mendorongnya hingga jatuh ke luar bus, lalu memukul serta menendang kepalanya, kata sang jaksa.
Thousands Protest For Bus Driver Beaten & Left Brain Dead by ‘Youths’ Asked to Wear Corona Masks (WATCH)
in virtually every instance of jihad attacks in France, politicians/media hide identities of attackers & use words such as "youths" to describe themhttps://t.co/eshgFAfaKC
— Amy Mek (@AmyMek) July 9, 2020
Empat orang tersebut kini tengah ditahan, seperti diberitakan oleh AP.
"Supir bus ini hanya melaksanakan pekerjaannya," kata Darmanin. "Ia meninggalkan rumahnya saat pagi, dan tak pernah kembali lagi, meninggalkan satu orang istri dan tiga anak. Ini adalah sebuah tindakan yang kejam."
Prancis sendiri telah bergulat untuk menjinakkan wabah virus korona di negara itu. Menurut hitungan Universitas Johns Hopkins, total telah