Simbol Politik Jokowi dan PDI P

| 12 Nov 2017 08:53
Simbol Politik Jokowi dan PDI P
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam peringatah HUT ke 44 PDI P, 10 Januari 2017. (Dokumentasi DPP PDI P)
Jakarta, era.id – Kegemaran Presiden Joko Widodo menyematkan simbol terlihat dalam beberapa kali dia mengambil keputusan atau menyampaikan kebijakannya. Hal yang sama juga kerap “dimainkan” PDI Perjuangan, partai yang membesarkan Jokowi hingga menjadi orang nomor satu di Republik ini.

Jauh ke belakang, saat masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, Jokowi melantik wali kota di rumah susun, di kampung kumuh, dan di pinggir danau. Mantan Wali Kota Surakarta itu memilih lokasi pelantikan yang nyleneh agar para pembantunya tahu permasalahan di lapangan dan membereskannya.

Lalu, Jokowi kembali memainkan simbol saat mendeklarasikan dirinya sebagai bakal calon presiden yang akan diusung PDI P pada Pemilihan Presiden di rumah Si Pitung, di Marunda Pulo, Cilincing, Jakarta Utara, 14 Maret 2014.

Rumah Si Pitung dipilih sebagai simbol perlawanan terhadap kemiskinan dan keterbelakangan.

Simbol yang dimainkan Jokowi langsung disambut PDI P pada hari yang sama dengan mengumumkan keputusan Ketua Umum PDI P Megawati Soekarnoputri pada pukul 14.00, yang menyatakan mengusung Jokowi pada Pilpres 2014. Saat itu, PDI P mendapat nomor 4 peserta pemilu.

Sebelum Jokowi dideklarasikan, Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI P Ahmad Basarah sudah lebih dulu memainkan simbol dengan mengatakan bakal capres dari PDI P akan diumumkan pada Jumat suci.

Menurut Basarah, Jumat suci terilhami dari Presiden Soekarno yang menyampaikan kemerdekaan RI pada hari Jumat.

Berkaitan dengan Bung Karno, Megawati pernah mengajak Jokowi nyekar di makam Presiden pertama RI tersebut, di Blitar, Jawa Timur, Rabu (12/3/2014).

Lalu pada Minggu (22/10/2017), Megawati mengundang Jokowi ke Istana Batutulis, Bogor. Dalam pertemuan tersebut, dihidangkan sayur lodeh kesukaan Bung Karno, yang dimasak Megawati.

Jokowi makin terlihat akrab dengan simbol saat menjabat Presiden. Dia berulang kali memilih hari Rabu untuk mengumumkan hal penting.

Jokowi yang lahir pada hari Rabu, juga dua kali merombak kabinetnya pada Rabu, dan menikahkan putrinya, Kahiyang Ayu pada hari Rabu. Karena alasan itu, Jokowi dinilai sangat memerhatikan weton, selalu mencari hari baik untuk menentukan suatu kebijakan.

Sama dengan PDI P, yang sering memilih hari atau tanggal cantik untuk memutuskan sesuatu. Contoh teranyar, adalah saat mengumumkan I Wayan Koster-Tjokorda Artha Ardhana atau Tjok Ace sebagai pasangan bakal cagub-cawagub pada Pilkada Bali 2018.

PDI P mengumumkan nama Koster-Tjok Ace pada Sabtu (11/11/2017), pukul 11.00 di Kantor DPP PDI , Jakarta Pusat.

Pengumuman dilakukan pada waktu cantik dan sakral, 11-11-11, bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, hari raya umat Hindu di Bali.

Rohaniawan sekaligus pengamat budaya, Benny Susetyo, menilai Jokowi dan PDI P sangat wajar memainkan komunikasi simbolik.

Komunikasi simbolik antara Jokowi dan PDI P, kata Benny, akan sangat mudah dilihat publik. Tujuannya untuk menanamkan kedekatan Jokowi dengan PDI P di benak masyarakat.

“Publik akan paham maksudnya. Simbol-simbol itu bukan sekadar hari baik atau keberuntungan, tapi agar masuk dalam pikiran masyarakat,” ujar Benny.

 

Tags :
Rekomendasi