Dukungan pendidikan yang baik dari keluarganya membuat Nicolaus mampu mengejar pendidikan tinggi di Kota Krakow dengan mengambil studi astronomi. Dia lantas mempelajari hukum gereja, kedokteran dan matematika di Bologna, Italia dan mengambil studi hukum agama di Universitas Padua dan Ferrara.
Setelah melalui proses akademis yang panjang, pada 1497, Nicolaus menjabat sebagai kanon katedral Frombork yang bertugas membuat peta, mengumpulkan dana pajak, hingga menjadi praktisi pengobatan. Di sisi lain, ia tetap melanjutkan minat akademiknya dengan melakukan pengamatan astronomi dari menara tempat tinggalnya.
Melalui sebuah tabung logam yang terdiri dari ikatan dua batang kayu, Nicolaus melakukan pengamatan sudut bintang dan planet yang tampak melalui langit. Dia lantas membuat laporan singkat tentang salah satu teori revolusioner yang dia ciptakan, teori Heliosentris. Ia meyakini, bumi beserta satelitnya memiliki sebuah poros dan bergerak mengitari matahari.
Nicolaus membutuhkan 16 tahun untuk menulis karya astronomi tersebut. Namun ia takut mempublikasikannya lantaran hasil penelitian yang ia dapatkan berbanding terbalik dengan dogma Geosentrisme gereja. Pada masa itu, gereja memiliki pandangan bahwa bumi adalah pusat dari segala benda yang ada di tata surya.
Salah seorang teman kuliahnya menyakinkan Nicolaus untuk menerbitkan buku yang berjudul On The Revolutions of the Celestial Spheres itu. Di dalamnya terpapar sebuah gambaran tentang bagaimana alam semesta bekerja, bagaimana matahari sebagai pusat pergerakan alam semesta dan planet-planet mengitarinya.
Ringkasan singkat teori Heliosentris Copernicus:
Pusat bumi bukanlah alam semesta, bumi hanyalah pusat bagi gravitasi dan bulan. Matahari tidak bergerak, dan semua bidang lainnya berputar di sekitar matahari. Bumi memiliki lebih dari satu gerakan. Gerakan tersebut berubah pada porosnya dan bergerak dalam orbit bola dan mengelilingi matahari.
Perjuangan Nicolaus dalam mengungkapkan hasil penelitiannya menemui hambatan. Ia hanya bisa pasrah menerima pencekalan yang disertai ancaman atas sikapnya melawan otoritas gereja yang saat itu sangat kuat dalam mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan.
Nicolaus meninggal dalam damai pada 24 Mei 1542. Kehidupannya tidak dihiasi oleh apresiasi masyarakat atas penemuannya, namun penemuannya abadi hingga kini. 70 tahun setelah kematiannya, gereja menerima gagasan Nicolaus.