Dilansir dari Reuters, bagi Pangeran Mohammed, kunjungan ini merupakan bagian dari kunjungan luar negeri pertamanya sejak dia mewarisi tahta pada tahun lalu. Selanjutnya, dia akan bertolak menuju Inggris dan Amerika Serikat akhir bulan ini.
Seperti diketahui, Kairo dan Riyadh memperkuat hubungan mereka dalam beberapa tahun terakhir di mana Mesir telah menerima bantuan miliaran dolar dari sekutu kayanya itu. Pada Minggu kemarin, kedua negara bahkan membentuk dana gabungan sebesar $10 miliar untuk mengembangkan mega-kota yang mereka rencanakan.
Dalam kunjungan ini, Pangeran Mohammed dan Paus Tawadros berjalan menyusuri Katedral St Mark pada Senin malam. Momen ini disiarkan saluran televisi Saudi, al-Arabiya.
Kerajaan Teluk Arab mencoba menunjukkan reputasinya sebagai pengekspor global dari merek ultra-konservatif Islam yang menurut para kritikus telah mengilhami para militan Islam di seluruh dunia. Mempromosikan bentuk Islam yang lebih moderat adalah salah satu janji ambisius yang dibuat Pangeran Mohammed di bawah rencana untuk mengubah Saudi dan mengurangi ketergantungannya pada minyak.
Mesir telah menderita kekerasan ekstremis Islam dalam beberapa tahun terakhir, termasuk serangan terhadap gereja yang sering diklaim dilakukan oleh kelompok Islam garis keras. Pemboman di sebelah katedral St Mark itu menewaskan setidaknya 25 orang pada Desember 2016.
Kunjungan Pangeran Mohammed juga bertepatan dengan pencalonan diri Presiden Abdel Fattah al-Sisi yang diprediksi bakal kembali memenangkan pemilihan presiden. Sebagai salah satu sekutu terdekatnya, tidaklah heran jika di samping poster kampanye Sisi terpampang spanduk besar dengan gambar Sisi, Pangeran Mohammed dan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz. "Selamat datang ke negara kedua Anda," tulis salah satu spanduk tersebut.
Sementara spanduk lainnya berbunyi: "Saudi dan Mesir adalah satu tangan, satu bangsa."
Mesir memihak Arab Saudi dalam hal sejumlah isu kebijakan luar negeri, termasuk boikot diplomatik dan perdagangan gas Qatar, dan dukungan pasukan yang memerangi milisi Houthi yang didukung Iran di Yaman.