"Kita tidak mau mengomentari daripada PAN untuk mendukung atau tidak, tetapi yang saya tahu PAN itu kan masuk dalam koalisi pemerintah dan saya enggak yakin enggak mendukung Jokowi," ujar Bambang di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (6/3/2018).
Kendati demikian, lanjut Bambang, keputusan mendukung atau tidak menjadi keputusan PAN.
"Kalau di Golkar itu putusannya pasti sudah diambil secara formal, lewat Rapimnas. Tetapi PAN sudah membuat Rapimnas mengambil keputusannya official, itu adalah wilayah PAN," terangnya.
Sebelumnya, Ketua DPP PAN Yandri Susanto menyebut partainya kemungkinan besar tidak mendukung Joko Widodo pada Pemilu 2019 mendatang. Dia beralasan, PAN tidak ingin Jokowi jadi calon tunggal pada gelaran pesta demokrasi lima tahunan itu.
"Kecenderungan kuat kita Insyaallah di luar Pak Jokowi. Karena kita enggak mau calon tunggal. Kalau semua bergabung ke Pak Jokowi ya bisa calon tunggal," kata Yandri, Senin (5/3).
Menurut Yandri, kencederungan PAN tak mendukung Jokowi bukan karena partai memiliki masalah dengan mantan Wali Kota Solo itu. Akan tetapi, partai berlambang matahari itu mencoba memunculkan calon alternatif agar Pemilu 2019 lebih kompetitif.
Dalam perjalanannya sejak tahun 1999 PAN meraup 7.528.956 suara atau 7,12 persen, Pemilu 2004 meraih 7.303.324 suara (6,44 persen), Pemilu 2009 sebesar 6.254.580 suara (6,1 persen), dan Pemilu 2014 meraih 9.481.621 suara (7,59 persen).
Perolehan kursi PAN juga cenderung fluktuatif. Pada tahun 1999 PAN mendapat 34 kursi di DPR, tahun 2004 mendapat 53 kursi, tahun 2009 mendapat 42 kursi, dan 2014 PAN memperoleh 47 kursi.
Infografis (era.id)