Kebocoran Data dan Facebook yang Ditinggalkan

| 22 Mar 2018 07:57
Kebocoran Data dan Facebook yang Ditinggalkan
Ilustrasi Facebook (Pixabay)
Jakarta, era.id - Isu kebocoran data yang menimpa 50 juta pengguna Facebook membuat perusahaan besutan Mark Zukerberg itu dilanda krisis. Harta yang dimiliki pria yang hobi mengenakan kaus itu sudah terpangkas sekitar 9,1 miliar USD atau di kisaran Rp123 triliun dalam waktu kurang dari 48 jam saja.

Pengusaha muda terkaya di dunia itu harus turun dari posisi teratasnya menjadi nomor 4, setelah diterpa isu kebocoran data. Kekayaan suami dari Priscilla Chan itu disebut terus menurun dari 75 miliar USD menjadi 66 miliar USD.

Hingga kini Mark Zuckerberg belum berkomentar apapun terhadap kasus yang menimpa Facebook. Terlebih setelah perusahaan konsultan komunikasi politik bernama Cambridge Analitica disebut-sebut mencuri data pengguna Facebook untuk memenangkan kampanye Donald Trump.

Skandal ini mendapat perhatian banyak pihak, salah satunya mantan pendiri WhatsApp Brian Acton. Melalui akun Twitter-nya, Brian menuliskan tagar #DeleteFacebook (hapus Facebook). 

"Hapus(Facebook). Lupakan sekarang saatnya untuk memperhatikan privasi," kicau @brianacton di akun Twitternya, seperti dikutip era.id, Kamis (22/3/2018).

 

Bukan pertama kali data Facebook bocor

Merujuk pada theverge.com, Seorang Whistleblower yang merupakan mantan pegawai Cambridge Analytica, Christopher Wylie mengakui perusahaannya telah mengeksploitasi jutaan data pengguna Facebook untuk kampanye Donald Trump pada Pilpres AS 2016. 

Sejak 2014 silam, Cambridge Analytica mengembangkan sebuah teknik untuk mendapat data Facebook dari kuis kepribadian. Tipe kuis yang memang cukup populer di Facebook ini dikerjakan oleh perusahaan pihak ketiga yakni Global Science Research.

Namun aplikasi itu ternyata juga mengambil data pengguna bahkan jejaring pertemanan para peserta kuis kepribadian di Facebook itu. Sehingga mampu menjaring data pengguna hingga puluhan juta dan dimanfaatkan bukan tujuan akademisi.

Hal ini bukan kali pertama terjadi pada Facebook, pada tahun 2012, beberapa orang peneliti memanfaatkan celah keamanan Facebook. Sebanyak 700.000 pengguna Facebook dimanfaatkan dengan leluasa untuk penelitian emosi pada media sosial, penelitian itu bahkan dipublikasikan oleh National Academy of Sciences of The United States of America (pnas.org).

Karena skandal ini, saham Facebook dilaporkan anjlok hingga 6,77 persen setelah isu kebocoran data tersebut beredar. Nilai valuasi perusahaan ini turun hingga 36 miliar USD (setara dengan Rp495 triliun).

Tags :
Rekomendasi