Kriteria pertama, pendamping Jokowi haruslah sosok yang mampu mendongkrak elektabilitas. Namun, untuk kriteria ini, PDIP punya catatan. Yakni, kriteria ini hanya berlaku jika nanti Jokowi mengalami kemerosotan elektabilitas.
"Kalau Jokowi posisinya tidak aman secara elektabilitas, dia mungkin dengan wakil yang bisa meningkatkan dalam elektabilitas. Karena menang itu dalam politik penting, selain apa manfaat menang," kata Maruarar di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (23/3/2018).
Kriteria kedua, faktor kecocokan dan kenyamanan Jokowi dengan calon wakilnya akan dijadikan sebagai pertimbangan. Bagi PDIP, kenyamanan adalah faktor terpenting dalam bekerja.
"Bisa bekerja sama, saling menghargai, saling mendukung seperti sekarang dengan Pak JK sangat nyaman. Saling mendukung, itu penting sekali. Bagaimana kita mau mengurus banyak hal kalau dengan wakil saja dia tidak merasa nyaman, aman, tenang?" ucap Maruarar.
Ketiga, calon wakil Jokowi harus memiliki dua faktor di atas, yakni elektabilitas dan nama baik. Tujuannya, tentu saja agar berdampak secara elektoral "Itu sempurna, perfect, kan begitu, nyaman dan menambah suara," tandas dia.
Terakhir, Maruarar menyebut, bergantung dengan konsep Jokowi dalam mencari cawapres, yaitu apakah sosok tersebut hanya diproyeksikan mendampingi dirinya sampai di pemerintahan 2024, atau justru sampai ke visi pemerintahan jangka panjang.
"Apakah dia mencari wakil yang bersama-sama sampai 2024, ataukah dia berpikir visi jauh ke depan bahwa akhirnya bisa meneruskan tongkat estafet yang tentu bagaimana melanjutkan infrastruktur dan sebagainya," imbuh Maruarar.
Ia yakin, dengan sisa waktu yang masih panjang, Jokowi bersama PDIP dapat berpikir secara matang mengenai calon pendamping ini.