Tim Editor
Setelah jatuhnya bursa Wall Street pada 1929, Negeri Paman Sam terjerat dalam krisis ekonomi. Pada era 30-an perekonomian Amerika berada pada titik terendah. Kondisi masyarakat yang sengsara, bank-bank yang tutup, dan angka pengangguran yang tinggi membuat warga Amerika merana.
Roosevelt selaku presiden AS saat itu membuat terobosan dalam mengatasi krisis berkepanjangan ini. Ia berjanji membebaskan AS dari kemiskinan dan meningkatkan sektor ekonomi pascadepresi besar-besaran dengan menerapkan langkah-langkah New Deal.
Presiden kelahiran 30 Januari 1882 mendirikan lembaga yang bekerja dalam bidang penyediaan sandang dan pangan bagi rakyat, mengontrol produksi pertanian, membantu sektor industri bangkit, mengatur ketenagakerjaan dan menata administrasi bursa saham dan perbankan yang terpuruk.
Kebijakan ini berhasil. Ketika sejumlah negara Eropa kalang kabut dan gagal mengatasi krisis akibat Perang Dunia II, AS justru menjadi negara kreditor terbesar di Eropa dan menjadikan negeri tersebut sebagai raksasa perekonomian dunia hingga kini.
Roosevelt terpilih sebagai presiden untuk kali ketiga pada 1940. Pada Agustus di tahun ini, dia bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill untuk memproklamirkan Piagam Atlantik, yang menjadi dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca Juga : Pelantikan Lincoln dan Awal Perang Saudara
Mereka juga menyusun sebuah pernyataan yang menyatakan Amerika Serikat akan mengambil tindakan balasan jika Jepang semakin melampaui batas di Pasifik barat daya. Meskipun negosiasi dengan Jepang sedang berlangsung, namun pasukan Jepang melakukan pemboman terhadap Pearl Harbor.
Keesokan harinya, Roosevelt meminta dan menerima sebuah deklarasi perang melawan Jepang. Pada 11 Desember, Jerman dan Italia menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. 12 April 2018, Roosevelt meninggal dunia pada usia 63 tahun akibat menderita pendarahan otak.
