Musni Uma Bandingkan Pendirian Masjid dengan Gereja di Taman Meruya, Ferdinand Hutahaean: Otak Dipake!

| 22 Aug 2021 14:46
Musni Uma Bandingkan Pendirian Masjid dengan Gereja di Taman Meruya, Ferdinand  Hutahaean: Otak Dipake!
Ferdinand Hutahaean (rri)

ERA.id - Pegiat media sosial Ferdinand Hutahaean dibuat geram dengan pernyataan Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar yang menilai penolakan pembangunan Masjid At Tabayun di Taman Meruya Jakarta Barat sangat tidak adil. Karena sebelumnya telah berdiri juga sebuah Gereja di lokasi tersebut.

Ferdinand mengatakan, seharusnya Musni Umar bijak dalam keluarkan pernyataan. Pernyataan pembanding itu, menurut Ferdinand, provokatif.

“Sudah tua, jabatan rektor, gelar panjang, kelakuan provokatif. Seharusnya Musni Umar bisa lebih bijak bertutur kata, bukan malah jadi provokator seperti ini,” ujar Ferdinand Hutahaean, di Twitter-nya, dikutip Minggu (22/8/2021).

Ferdinand mengatakan, di tenga kemajemukan masyarakat Indonesia, Musni Umar seharusnya tidak mengeluarkan pernyataan pembanding antara agama satu dengan lainnya.

“Mus, ditengah negara kita yang majemuk ini cobalah bijak dan jangan membanding-bandingkan begini. Otak dipake,” celetuknya.

Adapun, Musni Umar dihadirkan sebagai saksi ahli dari pakar Sosiologi dalam sidang gugatan terhadap Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan benomor 1021/2020 tanggal 9 Oktober 2020.

SK Gubernur Anies itu tentang izin pemanfaatan aset/tanah untuk pembangunan Masjid At Tabayyunn di Taman Meruya kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.

Musni Umar merasa tidak adil, sebab lokasi itu ada sebuah Gereja Gereja Maria Kusuma Karnel.

“Jadi untuk terwujudnya keadilan, saya mengemukakan bahwa kalau ada Gereja ya sangat logis kalau ada Masjid di situ,” kata Musni Umar.

Dia mengatakan, warga Muslim di daerah itu telah berjuang lama untuk mendapatkan izin pembangunan Masjid. Hanya saja mendapat penolakan dari warga non muslim dengan alasan menolak segala bentuk pembangunan di wilayah Ruang Tata Hijau (RTH).

Masyarakat di Villa situ yang pada umumnya non muslim, menolak hal itu. Cara mereka sangat halus. Mereka tidak menolak pembangunan Masjid tetapi menurut mereka menolak pembangunan di area RTH,” kata Musni Umar.

“Saya kemukakan, Gereja sudah dibangun, masa’ Masjid tidak boleh,” pungkasnya.

Rekomendasi