Namun Pasar Gembrong jauh dari kata tertib. Banyak pedagang yang menggunakan trotoar dan badan jalan untuk menggelar lapaknya.
Para pedagang banyak berdalih soal ini. Mereka mengaku sulit mencari pembeli bila dagang di dalam. Karena itu, dipilihkan trotoar untuk menggelar lapaknya.
Berdagang di trotoar membuatnya memiliki omzet Rp5-9 juta per harinya. Omzetnya bisa meroket hingga puluhan juta mendekati hari-hari besar seperti Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru.
Meskipun sadar menganggu ketertiban ia tidak punya pilihan lain. Untuk berdagang di sini, ia diharuskan membayar Rp50.000 ke petugas yang mengaku berasal dari kelurahan terdekat. Uang ini disanggupi karena keuntungan yang dia peroleh tadi.
"Lokasi pasar yang disediakan Pemprov DKI Jakarta sepi pengunjung," kata bedagang bernama Helmy, Sabtu (28/4/2018).
Pemerintah akan menggusur pasar ini untuk pembangunan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu. Pemerintah sudah membuka komunikasi dengan sejumlah stakeholder guna mencari solusi. Pedagang berharap, proyek infrastruktur itu tidak menghilangkan mata pencahariannya.