OK Otrip Harus Disesuaikan dengan Kenyamanan Angkutan Umum

| 24 Nov 2017 21:43
OK Otrip Harus Disesuaikan dengan Kenyamanan Angkutan Umum
Situasi di jalan raya di sekitar wilayah Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. (Asep/era.id)
Jakarta, era.id - Peneliti Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang pesimistis, program One Karcis One Trip (OK Otrip) yang dicanangkan Pemprov DKI berjalan mulus. Pasalnya, sarana angkutan umum di Ibu kota saat ini masih belum nyaman.

Selain itu, kata Deddy, warga Jakarta tidak menyukai transportasi umum. 

"Angkutan umum kita mengalami kemunduran, dari segi fasilitas, keamanan, kenyamanan," kata Deddy di Jakarta Creative Hub, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (24/11/2017). 

"Akibatnya warga tidak suka naik angkutan umum," tambah  anggota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) itu.

Meski begitu, Deddy menyambut baik upaya Pemprov DKI membangun minat warga Jakarta untuk naik angkutan umum. Pasalnya, survei Jabodetabek Urban Transport Policy Integration (JUTPI) tahun 2011 mengungkapkan tren pengguna transportasi umum DKI terus mengalami penurunan. 

Data JUTPI 2002, kata Deddy, menyebutkan minat pengguna angkutan umum di Jakarta berada di angka 50,1 persen pada tahun 1992. Namun, angka tersebut merosot tajam sepuluh tahun kemudian menjadi 16,7 persen. 

Sejatinya, Deddy melihat niatan Anies-Sandi cukup bagus untuk memulai program tersebut. Masyarakat Jakarta hanya perlu Rp5.000 untuk sekali jalan. Perhitungan itu tentunya, berdasarkan standar penghasilan bulanan masyarakat.

Menurut kalkulasi OK Otrip, warga Jakarta hanya membutuhkan Rp10 ribu untuk rutinitas pulang-pergi dalam sehari. Bila dikalikan perjalanan pulang-pergi selama satu bulan masa kerja, hasilnya adalah Rp250 ribu.

Hasil tersebut, kata Deddy, telah memenuhi standar bank dunia tentang pengeluaran untuk transportasi seseorang dalam sebulan, yaitu 10 persen dari nominal gaji selama satu bulan.

"Kalau ini berhasil, berarti 10 ribu sehari (pulang-pergi). Kemudian dikali sebulan kerja Rp10 ribu x 25 = Rp250 ribu per bulan. Transportasi standard worldbank maksimal tranpsortasi biayanya 10% dari UMP (Rp3,6 juta)," terang Dedy. 

"Berarti belanja transportasi publik warga Jakarta 250 ribu per bulan masih di bawah 10% UMP Jakarta sebesar Rp350 ribu, maka program ini bagus," tambahnya. 

OK Otrip merupakan program yang diluncurkan Gubernur DKI Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno ketika masa kampanye untuk mengurangi kemacetan. Program itu menjanjikan integrasi seluruh moda transportasi dengan tarif hanya Rp5.000 saja untuk satu kali perjalanan.

Tags :
Rekomendasi