ERA.id - Anggota DPR RI Fadli Zon menyindir Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurrahman terkait hilangnya patung sejarah penumpasan G30S/PKI di Museum Dharma Bhakti Markas Kostrad.
Menurut Fadli, benda museum tidak bisa seenaknya dipindahkan atas permintaan seseorang. Hal itu karena menyangkut sejarah bangsa.
"Tidak bisa benda museum seenaknya diangkut atas permintaan seseorang. Apalagi menyangkut tonggak sejarah penting bangsa kita. Ini kesalahan yang fatal," kata Fadli Zon di akun Twitter pribadinya, dilihat Selasa (28/9/2021).
Ia lantas menyindir Pangkostrad Dudung dengan mengungkit momen saat dirinya memerintahkan anak buahnya melakukan pencopotan baliho Habib Rizieq Shihab di Petamburan, Jakarta Pusat, pada November 2020 lalu. Saat itu, Dudung masih menjabat sebagai Pangdam Jaya.
"Setelah baliho, kini patung," kata Fadli Zon.
Politikus Partai Gerindra itu juga menyebut bahwa salah satu taktik Partai Komunis Indonesia (PKI) setelah 1954 adalah Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan (MKTBP).
"Salah satunya menyusup n bekerja di kalangan angkatan bersenjata," tambah dia.
Sebelumnya, Pangkostrad Dudung membantah pernyataan mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang menyebut TNI kini disusupi PKI. Tuduhan itu menyusul hilangnya tiga patung tokoh penumpas G30S/PKI di Museum Darma Bhakti Kostrad. Ketiga patung tokoh yang hilang itu adalah patung Presiden Soeharto, Letnan Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, dan Jenderal A.H. Nasution.
Dudung menjelaskan bahwa menghilangnya tiga patung tokoh tersebut karena ditarik kembali oleh pembuatnya yang juga mantan Pangkostrad Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution. Alasannya, karena AY Nasution merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya.
"Tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI. Itu tudingan yang keji terhadap kami," kata Dudung dalam keterangan tertulisnya, Selasa (28/9/2021).