Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya menilai, kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, terutama pihak kepolisian.
"Polisi sebagai pengayom dan pelindung masyarakat perlu terus introspeksi dan evaluasi agar tampil menjadi sosok yang profesional dan bisa dipercaya rakyat," kata Harits saat dihubungi era.id, Kamis (10/5/2018).
Harits mempertanyakan, bagaimana kemudian rakyat bisa merasa aman dengan kehadiran polisi di tengah-tengah mereka jika di markasnya sendiri polisi bisa kebobolan. Ia menyebut, dengan adanya kejadian ini, rakyat rindu keadilan dari semua pihak terkait untuk menyelesaikan dan mengadili kasus ini secara tuntas.
Baca Juga : Haru, Istri Polisi Korban Mako Brimob Baru Melahirkan
(Infografis/era.id)
Baca Juga : Ratusan Pelayat Hadiri Pemakaman Polisi Korban Kerusuhan Mako Brimob
"Soal hukum, maka polisi dan pengadilan adalah garda terdepan untuk ciptakan rasa keadilan hukum," ujar Harits.
Menurut dia, dalam hal ini, hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu. "Pelaku tindakan kriminal apapun, maka tidak lagi di beda-bedakan apakah ia terorisme atau ia narkoba atau koruptor atau ia pelanggar norma etika publik, maka keadilan hukum harus tegak," katanya.
Hikmah dari kerusuhan tersebut, lanjut Harits, setiap persoalan bisa diselesaikan tidak harus selalu menggunakan jalan dan pendekatan kekerasan atau hard approach.
"Pendekatan persuasif humanis adalah lebih utama untuk didahulukan," tandasnya.