Bekas Mahasiswanya Jadi Teroris, Unair Bersikap

| 15 May 2018 09:51
Bekas Mahasiswanya Jadi Teroris, Unair Bersikap
Ledakan bom di Surabaya (Foto: Istimewa)
Jakarta, era.id - Kasus pemboman tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, menyisakan pertanyaan mengenai sosok Dita Oepriarto, terduga pelaku pemboman. Sebagai Ketua Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Surabaya, Dita selaku kepala keluarga mengajak keluarganya untuk turun dalam aksi bom bunuh diri.

Dia diketahui sempat mengenyam pendidikan di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Namun saat dikonfirmasi mengenai seluk beluk Dita, Rektor Universitas Airlangga Surabaya Prof Mohammad Nasih menerangkan, Dita di-drop out (DO) dari Unair pada tahun pelajaran 1993/1994 karena hasil belajarnya tidak memenuhi standar.

Dita masuk kuliah pada tahun 1991 sebagai mahasiswa D3 program studi (prodi) manajemen pemasaran, bukan D3 akuntansi yang ramai diinformasikan di media sosial.

"Dita di-'DO' Unair karena indeks pretasi komulatifnya (IPK) tidak memenuhi syarat," kata Nasih dilansir dari Antara, Selasa (15/5/2018).

Baca Juga : Kisah yang Tercecer Setelah Bom di Mapolrestabes Surabaya

(Infografis/era.id)

Nasih menambahkan, pada semester satu perkuliahan Dita mendapat indeks prestasi (IP) 1,33 karena hanya menyelesaikan tujuh satuan kredit semester (SKS.) Sedangkan semester dua Dita meraih IP 1,11, dan semester selanjutnya hanya meraih IP nol koma.

"Dari total 110 satuan kredit semester (SKS) yang seharusnya ditempuh, Dita hanya 47 SKS dengan IPK 1,47. Karena tidak memenuhi standar nilai, Dita di-'DO' Unair," imbuh Nasih.

Berdasarkan penelusuran tim akademik Unair, Dita tidak pernah aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa, baik senat mahasiswa, badan eksekutif mahasiwa (BEM) universitas maupun fakultas, hingga unit kegiatan mahasiswa (UKM).

Baca Juga : Dita Oepriarto Akrab dengan Radikalisme Sejak SMA

Oleh karenanya, lanjut Nasih, dengan latar belakang tersebut, sangat tidak relevan mengaitkan Dita dengan institusi Unair. Nasih yakin Dita punya guru atau pembimbing yang sangat berpengaruh di luar sana dibanding dosen waktu berkuliah.

"Yang bersangkutan juga bukan jemaah kajian masjid kampus lingkungan Unair," imbuhnya.

(Infografis bom mother of satan yang digunakan pelaku bom di Surabaya/era.id)

Baca Juga : Dalam 14 Jam, Tim Densus Tangkap 9 Terduga Teroris

Lebih lanjut, untuk mengantisipasi agar tidak ada mahasiswa yang terlibat terorisme atau ideologi lainnya yang tidak beradab di lingkungan Unair, Nasih meminta kepada para pimpinan dan civitas akademika Unair bersatu dan mengawal prilaku mahasiswa.

"Kalau ada mahasiswa yang IP-nya jelek, tolong dosen walinya mengecek sebabnya dan memberi pembinaan khusus," tutur Nasih.

Dita merupakan pelaku pengeboman di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5/2018). Dia bersama keluarganya berpencar untuk melancarkan aksi ini.  Akibat perbuatannya, 18 orang meninggal dunia dan 43 orang lainnya luka-luka.

(Infografis/era.id)

Rekomendasi