Mencari Takjil di Masjid Istiqlal

| 17 May 2018 09:43
Mencari Takjil di Masjid Istiqlal
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Sebagai masjid terbesar di Indonesia sekaligus Asia Tenggara, Masjid Istiqlal selalu menyiapkan makanan berbuka puasa atau takjil untuk para pengunjung yang datang selama bulan Ramadan. Untuk tahun ini, Masjid Istiqlal menyiapkan 3.000 boks takjil untuk pengunjung. Jumlah ini bisa lebih besar ketika akhir pekan.

"Takjil ini program andalan Istiqlal setiap tahun. Kami menyediakan per hari 3.000 boks. Kalau di akhir pekan, seperti Jumat, Sabtu, dan Minggu bisa sampai 6.000 boks," ujar Kepala Bagian Protokol Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal Abu Hurairah di Masjid Istiqlal, Rabu (16/5/2018).

Baca Juga : Cara Penyambutan Ramadan di Berbagai Daerah

Abu mengatakan takjil yang disediakan Istiqlal selalu habis, bahkan tidak cukup untuk dibagikan kepada seluruh pengunjung yang datang sekaligus mengikuti salat Magrib dan Tarawih. 

Namun, Abu menambahkan, terkadang ada warga yang memberikan takjil. Bantuan ini, kadang bisa menambal kekurangan pembagian takjil untuk pengunjung.

"3.000 boks itu kurang. Yang datang banyak banget apalagi hari-hari pertama puasa, tapi kadang kami terbantu oleh warga yang datang dan ikut membagikan makanan yang ia bawa kepada jemaah yang tidak kebagian takjil," kata Abu.

Baca Juga : Tebarkan Kasih Sayang Ramadan

Abu menerangkan, pihak pengelola masjid telah mempersiapkan dan memesan takjil sejak sebulan sebelum Ramadan ke beberapa rumah makan. Selain itu, sebagian takjil juga dibuat oleh koperasi istiqlal.

"Rata-rata menu nasi boksnya ayam, telur, atau daging. Kami juga sediakan takjil yang manis. Biasanya orang kan kalau buka puasa maunya makan manis dulu," tutur Abu.

Penyediaan kurma juga tak luput dari menu takjil yang disediakan. Abu mengaku, Masjid Istiqlal mendapat sumbangan kurma dari negara Arab Saudi.

Abu menyebut biaya yang dianggarkan untuk kegiatan operasional secara keseluruhan termasuk rangkaian acara, biaya takjil, makanan sahur, transportasi, serta membayar penceramah dan qori mencapai sekitar Rp3 miliar.

"Kami usahakan dana ini berasal dari masyarakat pribadi, perusahaan seperti bank swasta dan stasiun televisi, serta instansi pemerintah. Jadi, hal ini tidak mengganggu keuangan masjid," kata dia.

Rekomendasi