Banyak Kejanggalan di Kasus Polisi Tembak Polisi, Legislator PDIP: Kesan Tidak Transparannya Kuat

| 16 Jul 2022 08:08
Banyak Kejanggalan di Kasus Polisi Tembak Polisi, Legislator PDIP: Kesan Tidak Transparannya Kuat
INAFIS melakukan olah TKP dirumah terjadinya baku tembak dua polisi. (Ilham/ERA.id)

ERA.id - Anggota Komisi III DPR RI Trimedya Panjaitan mengakui banyak kejanggalan dan tidak transparan dari kasus penembakan antar anggota Polri di rumah dinas Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.

"Bagi yang mengerti hukum, kesan tidak transparan kuat," kata Trimedya kepada wartawan, Jumat (14/7/2022).

Trimedya menilai, tim khusus yang dibentuk oleh Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo harus bekerja transparan untuk menjawab semua kejanggalan yang ada.

Sejumlah kejanggalan yang dinilai perlu diunggap antara lain yaitu olah tempat kejadian perkara (TKP) yang menjadi lokasi tembak menembak antar anggota polisi.

"Ini yang harus jelas, misalnya pendalaman dari soal olah TKP dan terus dijelaskan juga tembak menembak itu seperti apa. Kita semua kan buta," kata Trimedya.

Selain itu, tim khusus Polri yang dipimpin Wakapolri Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono juga harus menjelaskan proses tembak menembak bisa terjadi.

"Kalau emang tembak menembak, bagaimana proses tembak menembaknya itu? Kemudian peluru bagaimana? Kan, darah berceceran, kok, kita masyarakat tidak diperlihatkan itu," katanya.

Kejanggalan lainnya yang juga harus dijawab yaitu soal proses autopsi jenazah Brigadir J. Lalu soal CCTV yang diklaim mati saat peristiwa terjadi, juga terkait CCTV di sekitar kompleks yang disebut diambil oleh pihak kepolisian.

"CCTV punya kompleks diambil. Apa motifnya? Apa motifnya diambil? Apakah yg lalu lalang di jalan biar tidak terlihat mobilnya? Memang kalau orangnya tidak terlihat. Soal itu harus jelas. Kemudian otopsi. Jadi, dasar itu ada keganjalan. Itu semua harus dijawab tim khsusus," ucapnya.

Selain itu, politisi PDI Perjuangan itu juga menyoroti kejanggalan soal tak adanya garis polisi atau police line di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo.

Menurutnya, police line seharusnya dipasang sekitaran pagar rumah. Tujuannya agar masyarakat mengetahui rumah tersebut merupakan TKP. Namun kenyataannya sejak kasus tersebut terungkap, tidak terlihat satu pun garis polisi di bagian luar rumah.

Harusnya di police line, itu kan TKP. Tidak hanya di dalam rumahnya dong. Di pagernya tuh police line dong, supaya masyarakat juga tahu bahwa ini dalam proses penyelidikan. Atau police line-nya cuma dari Jumat sampai Minggu itu. Kita enggak tahu kan," paparnya.

"Sebagai orang hukum bingung kita," imbuhnya.

Seperti diketahui, terjadi baku tembak antara Brigadir J dengan Bharata E di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan pada Jumat (8/7) sekitar pukul 17:00 WIB.

Disebutkan, baku tembak itu terjadi disebabkan adanya dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Brigadir J kepada istri Irjen Ferdy Sambo.

Buntut baku tembak itu menyebabkan Brigadir J tewas. Adapun kasus ini masih ditangani oleh Polres Metro Jakarta Selatan.

Meski begitu, kasus tersebut dinilai masih menyisakan banyak kejanggalan. Adapun Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengaku telah membentuk tim khusus dan tim gabungan untuk mengusut kasus tersebut.

Rekomendasi