Malangnya Siswa SD di Pulau Saboyang Mamuju Sulawesi Barat, Sudah Tiga Bulan Tak Ada Guru Mengajar
ERA.id - Pemerataan pendidikan di Indonesia tampaknya masih belum maksimal.
Sekolah di perkotaan menjalani proses belajar mengajar dengan baik, namun tidak seperti dengan cerita puluhan anak di SDNK Saboyang, Kecamatan Balabalakang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar).
Mereka disana sudah tiga bulan terakhir ini harus menahan rasa kecewa, semangat untuk bersekolah patah dengan kenyataan, meski tak ada guru yang datang mengajar.
Hampir setiap hari kenyataan pahit itu harus mereka telan. Tak ada pilihan lain, hanya dapat menunggu sang guru hadir memberikan mata pelajaran sebagaimana biasanya.
Alwi Suwito salah seorang tokoh pemuda Pulau Saboyang mengatakan, guru yang mengajar selama ini hanya ada empat orang. “Satu ASN itu hanya kepala sekolah, yang tiga itu pegawai kontrak,” ungkapnya.
Alwi Suwito menceritakan, soal proses belajar mengajar mulai terkendala, saat Pemerintah Mamuju tahun 2021 yang tidak lagi memperpanjang masa kontrak para guru.
“Sehingga kepala sekolah berinisiatif untuk menggaji guru-guru ini Rp 10 ribu perhari dari dana Bos,” ujarnya.
Cuma dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, dua dari tiga guru kontrak ini berhalangan untuk hadir setiap harinya untuk mengajar.
“Satu cuti melahirkan, dia sekarang ada di Mamuju, yang kedua bulan lalu juga dia datang ke Mamuju temani anaknya sekolah di Tapalang, sekarang sisa satu guru disana yang mengajar dan itu kewalahan, jadi kadang-kadang masuk. Kemudian saya mendapatkan laporan dari warga sudah mengeluh dengan situasi seperti ini yang kadang-kadang libur, kadang-kadang masuk,” tuturnya.
Bahkan kata Alwi, sudah banyak orang tua murid yang berniat untuk memindahkan anaknya ke sekolah di Kota Mamuju. Ia berharap, Pemerintah Kabupaten Mamuju bisa lebih memperhatikan kejadian ini.
“Mau diapakan sekolah ini, harapannya kami sebagai pemuda, sekolah ini kembali lancar seperti sebelumnya, dan harapan kami mudah-mudahan para guru ini mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah kabupaten,” harapnya.
Sementara itu, Ketua PMII Cabang Mamuju, Syamsuddin mendesak agar Pemerintah Kabupaten Mamuju bisa cepat merespon kejadian ini. Kepulauan Balabalakang harus dibuatkan program prioritas.
“Terkhusus di Pulau Balabalakang memang sangat miris jika bicara tentang pendidikan, bukan hanya dari segi pendidikan saja, dari segi kesehatan juga,” katanya.
Kata Syamsuddin, kejadian ini jika tidak ada respon dari pihak pemerintah. "Seperti biasa kami akan melakukan audiensi terlebih dahulu dengan Bupati Mamuju, dan ketika itu sudah buntu, maka kami akan melakukan aksi besar-besaran bersama dengan masyarakat di Balabalakang," kuncinya.
Sementara itu, Bupati Mamuju Sitti Sutinah Suhardi mengaku sudah mengetahui persoalan tersebut. Ia mengungkapkan, banyak guru berstatus ASN tidak pernah masuk untuk mengajar.
Ia mengakui, dari laporan yang diterima, sejak dinyatakan lulus sebagai guru berstatus ASN dengan penempatan di tempat tersebut baru beberapa kali datang menjalankan tugas.
“Pas saya kemarin ke Balabalakang memang ada ASN, dia sudah dua tahun terangkat tapi baru satu-dua kali kesana, nah ini kita sudah surati kalau dia memang beberapa kali teguran tidak ini, kita langsung bermohon ke BKN untuk dihapus saja status ASN-nya,” kata Tina.
Ia mengatakan, kejadian ini juga menjadi pelajaran bagi guru yang mendaftar dengan penempatan di wilayah kepulauan untuk betul-betul mengabdi.
“Jadi sebelum mendaftar dia sudah harus tau konsekuensi kalau dia lulus itu harus ditempatkan di Balabalakang, jangan berharap dia lulus, setelah statusnya sudah ASN dia langsung bisa masuk di kota Mamuju, jadi tidak seperti itu,” tegasnya.