Jurnalis di Aceh Berdamai dengan Polisi yang Merusak Ponselnya
ERA.id - Kasus perusakan ponsel jurnalis oleh polisi di Banda Aceh, berakhir damai. HP jurnalis itu, langsung diganti baru oleh Polresta Banda Aceh.
"Tidak ada keinginan personel kami melakukan hal yang merusak barang milik wartawan, tidak ada maksud dan tujuan tertentu," kata Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Joko Krisdiyanto, di Banda Aceh, Selasa (13/9/2022).
Ponsel jurnalis itu dirusak seorang polisi, saat si jurnalis meliput demo penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh mahasiswa UIN Ar-Raniry di depan DPRA, Rabu (7/9) silam.
Waktu itu, si jurnalis sedang siaran langsung suasana ricuh kurang lebih 8 menit 50 detik untuk ditayangkan di Facebook Serambi Indonesia.
Tak lama, siaran terhenti, karena ponsel yang merekam jatuh ke aspal dan layarnya pecah, usai dipukul seorang polisi tak berseragam.
Kasus ini sebelumnya, Kamis (8/9), sudah dimediasi oleh Kasat Reskrim Kompol M Ryan Citra Yudha bersama sejumlah jurnalis dan Pengurus AJI Banda Aceh, di salah satu warung kopi di Banda Aceh.
Hasil mediasinya, personel polisi tersebut mengakui bahwa sempat bersinggungan dengan wartawan Serambi Indonesia Indra Wijaya, hingga menyebabkan HP-nya jatuh dan pecah LCD-nya.
Dalam mediasi itu, diperlihatkan sejumlah bukti foto hingga rekaman CCTV saat kejadian itu berlangsung. Maka disimpulkan kalau insiden itu tanpa kesengajaan, karena sedang dalam situasi rusuh. Kedua pihak sepakat berdamai.
Meski tanpa unsur kesengajaan, Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Joko Krisdiyanto meminta maaf. Joko berharap, kebersamaan yang sudah terjalin selama ini, terus berjalan baik.
Terakhir, Kapolresta Banda Aceh juga mengganti ponsel Indra. "Hari ini kami gantikan HP milik wartawan Serambi, agar nantinya semangat lagi untuk meliput kembali," ujar Kapolresta.
Kadiv Advokasi AJI Banda Aceh Rahmat Fajri menyampaikan, selama ini hubungan kemitraan antara media massa di Aceh dengan kepolisian sangat baik, sehingga diharapkan peristiwa seperti ini tidak terulang lagi ke depannya.
Peristiwa ini, kata dia, juga menjadi pelajaran bagi teman-teman jurnalis saat meliput di lapangan, apalagi di tengah kondisi kericuhan, harus dapat menjaga keselamatan sendiri serta harus menggunakan tanda pengenal (ID card pers).