8 Fakta Menarik Rumah Adat Tongkonan Toraja
ERA.id - Bagi Anda yang pernah berwisata ke Tana Toraja, Sulawesi Selatan, tentunya sudah menjumpai tongkonan berbentuk rumah panggung dengan bentuk atap yang unik. Tongkonan sendiri berasal dari kata tongkon, yang memiliki makna “menduduki” atau “tempat duduk”.
Dengan demikian, tongkonan merupakan tempat tinggal penguasa adat yang difungsikan sebagai tempat berkumpul yang dibentuk berdasarkan hubungan darah atau kekerabatan.
Pada mulanya, sepasang suami-istri mendirikan rumah sendiri atau bersama anak cucunya. Selanjutnya, rumah itu dijadikan sebagai tongkonan dari setiap orang yang masih ada hubungan darah dalam garis keturunan suami-istri tadi.
Karena fungsinya tersebut, tongkonan tidak dapat dimiliki secara individu atau diperjualbelikan, melainkan diwariskan oleh suku Toraja secara turun-temurun. Selain berfungsi sebagai tempat berkumpul bagi kelompok keluarga ini, tongkonan juga dijadikan tempat pusat kegiatan sosial ataupun religius.
Berikut Keunikan Rumah Adat Tongkonan dilansir Buku Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja karya Weni Rahayu:
Dilansir dari buku Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja Karya Weni Rahayu, beberapa keunikan Rumah Adat Tongkonan antara lain:
Berbentuk Rumah Panggung
Tongkonan adalah rumah panggung dengan bentuk persegi panjang dengan bahan utama yang terbuat dari batang kayu dan lembaran papan.
Sedangkan kayu yang digunakan yaitu kayu uru yang berasal dari tanaman lokal Sulawesi. Jenis kayu ini memang dikenal dengan kualitas yang sangat baik.
Kayu uru dapat bertahan hingga ratusan tahun walaupun tidak dipelitur atau dipernis. Sementara itu, bagian bawah rumah panggung digunakan sebagai kandang kerbau.
Tanduk Kerbau
Pada bagian depan di tiang utama terdapat rangkaian tanduk kerbau. Tanduk-tanduk kepala kerbau tersebut disusun berjajar dari atas ke bawah.
Tanduk kerbau tersebut diambil dari pengorbanan ketika mengadakan upacara penguburan anggota keluarga.
Jumlah tanduk kerbau merupakan penanda kelas sosial dan ekonomi sang pemilik rumah. Hal itu juga menandakan tingginya derajat keluarga yang tinggal di rumah tersebut.
Semakin tinggi status sosial keluarga pemilik rumah tongkonan, maka semakin banyak tanduk yang terpasang.
Atap Seperti Perahu
Atap banua tongkonan memiliki bentuk melengkung seperti perahu dengan kedua ujung atap menjulang.
Sedangkan bentuknya sekilas mirip dengan rumah adat bolon dari Sumatra Utara.
Bahan atapnya yaitu tumpukan bilah bambu yang bagian atasnya berlapis daun rumbia, ijuk, alang-alang, atau seng. Bahkan ada juga tongkonan tua yang atapnya dibuat dari batu.
Patung Kepala Kerbau
Pada bagian depan atas rumah akan Anda jumpai patung kepala kerbau. Untuk jenisnya, ada tiga patung kepala kerbau berwarna hitam, putih, dan belang.
Adapun untuk pemilik rumah yang dihormati atau dianggap sesepuh, ada tambahan patung kepala ayam atau naga.
Rahang Kerbau dan Babi
Pada bagian kiri rumah yang menghadap ke arah barat terpasang rahang kerbau yang pernah disembelih.
Sedangkan, pada bagian kanan yang menghadap ke arah timur dipasang rahang babi.
Berpasangan dengan Alang Sura'
Tongkonan adalah rangkaian bangunan yang terdiri atas banua sura' atau rumah yang diukir atau rumah utama dan alang sura' atau lumbung yang diukir.
Keduanya merupakan perlambang pasangan suami-istri. Terkadang juga dilengkapi dengan lumbung yang tidak berukir (lemba) dan rumah panggung yang memiliki ruangan yang lebih luas.
Banua dan alang disimbolkan sebagai pengganti orang tua. Banua melambangkan seorang ibu yang melindungi anak-anaknya.
Sementara itu, alang melambangkan peran ayah yang berperan sebagai tulang punggung keluarga. Untuk posisinya, letak deretan banua dan alang saling berhadapan.
Alang difungsikan untuk menyimpan padi yang masih bertangkai. Tiang-tiangnya disusun dari kayu palem (bangah) yang licin. Dengan demikian, tikus tidak akan masuk ke dalamnya.
Ornamen Ukiran
Keunikan rumah adat Tongkonan lainnya adalah dinding tongkonan yang tercipta dari kayu yang diberi hiasan ukiran.
Setiap ukiran diberikan nama khusus. Dan ada bermacam-macam motif ukiran, seperti bentuk geometri, hewan, tumbuhan, benda di langit, cerita rakyat, dan lain-lain.
Ukiran-ukiran tersebut membawa makna dan nilai-nilai kehidupan yang berisi falsafah hidup orang Toraja.
Contohnya adalah nasihat agar melaksanakan hidup dengan baik dan benar, selalu bekerja keras, saling menghargai, selalu menjaga persatuan dan kekeluargaan serta pengabdian kepada Tuhan.
Menghadap ke Utara
Banua tongkonan selalu didirikan yang arahnya menghadap utara, arah utara merupakan diyakini sebagai arah sang pencipta, yaitu Puang Matua. Sedangkan arah selatan memiliki makna filosofis sebagai arah nenek moyang dan dunia kemudian atau puya.
Arah timur diyakini sebagai perlambang kedewaan (deata). Sementara itu, arah barat difilosofikan sebagai nenek moyang yang didewakan.
Banua tongkonan dan alang biasanya didirikan secara bertahap.
Demikianlah beberapa keunikan Rumah Adat Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan, bagi Anda yang belum pernah melakukan plesir ke sana, wisata ke tempat ini bisa dimasukkan ke dalam list perjalanan. Selamat menemukan pengalaman mengesankan!
Baca artikel-artikel dan informasi menarik lainnya, pantau terus kabar terbaru dari ERA, Media Terpercaya dan Pilihan Anda.