Korban Gagal Ginjal Misterius Bertambah, Alami Gejala Berat hingga Perdarahan
ERA.id - Kematian anak akibat gagal ginjal akut progresif atipikal bertambah. Setelah Dinas Kesehatan DIY mengumumkan lima anak meninggal, RSUP Dokter Sardjito menyampaikan satu anak meninggal, Rabu (19/10) pagi, karena penyakit dengan sebab misterius ini.
RSUP telah menemukan 13 kasus pada Januari – Oktober 2022. Dari jumlah ini, 6 kasus dari DIY dan 7 kasus dari luar DIY, yakni dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari 13 kasus, enam anak meninggal, tiga anak telah sembuh, dan empat anak dalam perawatan.
“Dari empat anak yang masih menjalani perawatan, satu anak mendapatkan perawatan intensif dan tiga lainnya perawatan biasa,” kata dokter spesialias anak Kristia Hermawan, saat jumpa pers di RSUP Dokter Sardjito, Rabu siang.
Anak yang meninggal pada Rabu pagi tersebut berusia 4 tahun asal Ngawi, Jatim yang menjalani perawatan di Sardjito selama 4 hari. “Kondisi gagal ginjalnya cukup berat di stadium 3 bahkan mengalami gangguan perdarahan,” tuturnya.
Sementara lima anak yang meninggal sebelumnya, dua anak berasal dari Temanggung dan Wonogiri di Jateng, dua anak dari Bantul, dan satu anak dari Sleman, DIY. “Mereka umumnya sudah mengalami kondisi gagal ginjal dengan derajat berat saat dibawa ke sini,” ujarnya.
Krisna mengatakan dua balita yang meninggal karena kasus ini bahkan hanya mengonsumsi air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI, tanpa riwayat mengonsumsi obat-obatan. Sebab, belakangan ini, penyakit yang awalnya ditemukan di Gambia ini ditengarai berasal dari obat sirup.
Koordinator Pelayanan Medis RSUP dr Sardjito Purjanto Tepo Utomo mengatakan pihaknya akan terus melacak gagal ginjal akut ini dengan memanfaatkan seluruh sumber daya RS. Menurutnya, dugaan penyakit ini gara-gara obat sirup belum dapat dipastikan. “Ini belum jelas (Sebabnya). Masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut,” katanya.
Dengan merebaknya penyakit ini, RSUP dr. Sardjito siap untuk melakukan perawatan pasien. Hal ini karena RS ini telah dilengkapi sejumlah fasilitas untuk menangani penyakit misterius ini. “Selain hemodialisa (cuci darah) anak, kami juga memiliki dokter subspesialis ginjal,” katanya.