Melihat Perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru Melalui Alkitab

ERA.id - Beberapa di antara kalian mungkin masih agak bingung soal perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Untuk memahami hal tersebut, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mempelajari terkait kitab.

Alkitab bermakna kitab dari segala kitab. Maksudnya, tidak ada kitab yang paling berkuasa dan yang hidup bekerja melalui kebenaran firmannya selain Alkitab. Alkitab ditulis oleh para nabi berdasarkan tuntunan Roh Kudus.

Mengenal Perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Konteks yang menjadi latar belakang penulisan masing-masing kitab berbeda. Seperti diketahui, Alkitab terdiri atas dua kitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Ilustrasi orang memeluk Alkitab (unsplash)

Penulisan Perjanjian Lama sebagian besar menggunakan bahasa Ibrani, sedangkan Perjanjian Baru sebagian besar menggunakan bahasa Yunani. Perjanjian lama terdiri atas 39 kitab dan Perjanjian Baru terdiri atas 27 kitab. Jadi, totalnya adalah 66 kitab. 

Ada pihak yang berpendapat bahwa Perjanjian Lama tidak relevan dengan zaman sekarang jadi tidak perlu lagi dijadikan referensi (cukup Perjanjian Baru). Meski demikian, ada pula pihak yang berpendapat bahwa Perjanjian Baru tidak bisa dipisahkan dengan Perjanjian Lama. Hal tersebut bisa dilihat dengan adanya ayat di Perjanjian Baru yang diambil dari Perjanjian Lama.

Untuk mengetahui dengan lebih jelas mengenai perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru di Alkitab, simak penjelasan berikut, dikutip Era dari tuhanyesus.org.

Perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Alkitab

1. Waktu penulisan

Perjanjian Lama ditulis pada tahun 1400 SM—400 SM, sedangkan Perjanjian Baru diperkirakan ditulis pada tahun 45—95. Sebanyak 39 kitab yang ada di Perjanjian Lama memiliki waktu penulisan yang berbeda, antara lain kitab Musa (kejadian–ulangan) sekitar tahun 1450 SM; kitab Yosua dan Rut ditulis sekitar tahun 1370 SM; kitab 1 Samuel—2 Samuel ditulis sekitar akhir abad ke-10 SM; kitab 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, dan Nehemia ditulis sekitar 400 SM.

Perbedaan waktu penulisan antara satu kitab dengan kitab lain juga terjadi pada Perjanjian Baru. Beberapa contohnyha adalah Matius ditulis pada sekitar 60 M, Markus ditulis pada 55—65 M, Lukas ditulis pada 60—63 M, Galatia dan Efesus ditulis pada sekitar tahun 50 M,.

2. Gaya penulisan

Terdapat perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berdasarkan gaya penulisan. Gaya penulisan yang digunakan dalam Perjanjian Lama lebih menekankan catatan berdasarkan sejarah dan kronologinya, petunjuk, perpaduan kisah dan catatan harian, kronologi dan kisah nyata, silsilah keturunan, puisi Ibrani kuno, tulisan perkataan hikmat, dan lain-lain.

Sementara itu, gaya penulisan Perjanjian Baru memberikan penekanan pada narasi silsilah, biografi, kisah-kisah nyata Yesus, pengajaran, kronologis pelayanan para rasul, pengucapan syukur, surat pribadi kepada sang murid, dan peringatan serta penglihatan.

3. Penulis

Sebagian besar penulis Perjanjian Lama adalah para nabi, baik nabi besar maupun nabi kecil. Sementara, Perjanjian Baru ditulis oleh para rasul.

4. Tempat penulisan

Perjanjian Lama condong ditulis di Israel (secara fisik) dan sekitarnya, misalnya di gurun, dataran Moab, Kanaan, Yehuda, Mesir, Yerusalem, Elam, Babilon, dan Samaria. Sementara, penulisan Perjanjian Baru di luar Israel, bahkan, misalnya di Palestina, Roma, Kaisarea, Efesus, Korintus, Makedonia, Patmos.

5. Bangsa tujuannya

Jika diperhatikan, dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel menjadi bangsa yang dipilih oleh-Nya. Jadi, ke-39 kitab yang ada di dalam Perjanjian Lama memiliki tujuan agar bangsa Israel kembali kepada Tuhan dan meninggalkan kejahatan perzinaan rohani yang mereka lakukan.

Terkait alasan bangsa Israel menjadi bangsa yang dipilih masih menjadi pertanyaan yang tak bisa dijawab hingga saat ini. Jika dibandingkan dengan bangsa lain, bangsa Israel jauh dari kata baik, apalagi ketika membaca sejarah mereka. Namun, itu adalah kehendak-Nya dan tak perlu dipertanyakan.

Sementara, Perjanjian Baru tidak memuat nama bangsa Israel (secara fisik). Israel yang dimaksudkan dalam Perjanjian Baru adalah Israel baru, yaitu bangsa apa pun yang mau merespons rahmat dan kasih Tuhan karena semuanya telah digenapi oleh Kristus di Kalvari sehingga siapa pun boleh datang kepada Allah hanya melalui Yesus.

6. Sejarah firdaus

Salah satu hal yang digunakan untuk melihat perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah soal “firdaus yang hilang” karena manusia jatuh ke dalam dosa. Dalam Perjanjian Baru, firdaus itu kembali didapatkan melalui Kristus yang merupakan keturunan perempuan (penggenapan dari firman di kitab kejadian) dan pemulihan kembali akan dikerjakan pada suatu hari nanti.

7. Persembahan

ORangDalam Pernjanjian Lama, terdapat ketetapan tentang sistem persembahan kepada Allah oleh bangsa Israel demi menghapus dosa-dosa mereka. Persembahan tersebut hanya bisa diberikan melalui imam yang berasal dari suku Lewi.

Dalam Perjanjian Baru, orang-orang tidak perlu lagi memberikan persembahan berupa hewan sebagai kurban kepada Allah sebab ganti persembahan itu telah digenapi oleh Yesus yang menjadi Anak Domba Allah yang hidup. Orang yang percaya kepada-Nya maka mendapatkan pengampunan kekal atas dosa-dosa yang telah dia perbuat.

Inti Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, adalah kasih Kristus. Perjanjian Lama memuat nubuat tentang Mesias yang telah digenapi di perbedaan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Oleh sebab itu, penafsiran bahwa Allah hanya mengasihi bangsa Israel karena hanya melihat Perjanjian Lama adalah penafsiran yang salah.

Selain itu, anggapan yang salah juga jika berpikir Allah kejam dan tidak pengasih di Perjanjian Lama sebab manusia melihat penghukuman demi penghukuman dari-Nya kepada bangsa Israel dan bangsa non-Israel karena ketidakbenaran yang mereka kerjakan dan malah mengira Allah berubah di Perjanjian Paru karena Dia mengorbankan diri di Kayu salib.

Itulah yang menjadi penyebab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak bisa dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan yang jelas. Jika kita fokus kepada salah satu perjanjian saja, kita akan kehilangan arah dan sulit melangkah untuk mengenal Allah. Allah tidak pernah berubah. Dia selalu sama, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.