Korbannya Capai Puluhan, Berikut 4 Kasus Pembunuh Berantai yang Pernah Hebohkan Tanah Air
ERA.id - Terdapat beberapa kasus pembunuh berantai di Indonesia yang tercatat dalam sejarah, dengan korban yang mencapai 10 lebih nyawa manusia. Siapa saja para pelakunya?
Artikel ini akan membahas empat pembunuh berantai di Indonesia yang telah membunuh lebih dari 10 korban.
Suradji (42 Korban)
Suradji, yang lebih dikenal dengan sebutan Datuk, adalah seorang peternak dan dukun. Dia memiliki banyak pelanggan wanita yang meminta ritual untuk membuat mereka kaya atau cantik, atau untuk mencegah pacar atau suami mereka selingkuh.
Datuk mengklaim bahwa hantu ayahnya menampakkan diri kepadanya dalam sebuah mimpi pada tahun 1986 dan memerintahkannya untuk meminum air liur dari 70 wanita muda yang telah meninggal untuk meningkatkan kekuatan gaibnya.
Datuk kemudian membawa para klien wanita ke perkebunan tebu di dekat rumahnya dan mengubur mereka hingga sepinggang, mengklaim bahwa itu adalah bagian dari ritual. Dia mencekik mereka dan meminum air liur mereka. Mereka kemudian dikubur lebih dalam lagi, dengan kepala mengarah ke rumahnya.
42 korban Datuk berkisar antara usia 11 hingga 30 tahun. Datuk ditangkap pada bulan April 1997, bersama dengan salah satu istrinya, Tumini, yang dianggap sebagai kaki tangannya. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Datuk dijatuhi hukuman mati pada tahun 1998 dan dieksekusi pada tahun 2008.
Baekuni (14 anak laki-laki)
Baekuni adalah anak dari seorang petani miskin di Magelang, Jawa Tengah, Baekuni sering diejek saat masih kecil dan putus sekolah di kelas tiga. Pada usia 12 tahun, dia pergi ke Jakarta, di mana dia bekerja sebagai pengemis.
Sebagai anak jalanan, Baekuni mengalami kekejaman dan disodomi oleh preman. Dia kemudian menemukan pekerjaan di Kuningan, Jawa Barat, merawat kerbau, dan tumbuh menjadi orang dewasa yang kekar.
Pada usia 21 tahun Baekuni menikah, namun istrinya kemudian meninggal. Dia pindah kembali ke Jakarta, di mana dia menjadi penjual rokok dan pengasuh anak jalanan. Pada tahun 1993, Baekuni mulai terlibat dalam pedofilia dan nekrofilia, dengan target anak-anak jalanan laki-laki berusia antara 4 dan 14 tahun.
Jika anak-anak tidak mau, Baekuni akan membunuh mereka dan kemudian menyodomi mereka. Baekuni mutilasi empat korbannya untuk memudahkan pembuangan mayat mereka.
Pada tahun 1995, karena Baekuni menginginkan seorang anak perempuan, ia menculik seorang gadis berusia sembilan tahun. Dia dijatuhi hukuman dua tahun penjara atas kejahatan itu.
Baru pada Januari 2010 Baekuni ditangkap setelah membunuh, menyodomi dan memutilasi seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun. Dalam 17 tahun, ia telah membunuh setidaknya 14 anak laki-laki.
Baekuni, yang juga dikenal dengan nama Babeh dan Bungkik, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada bulan Oktober 2010. Dua bulan kemudian, Pengadilan Tinggi Jakarta menjatuhkan hukuman mati kepadanya.
Siswanto (12 anak laki-laki)
Siswanto, yang lebih dikenal sebagai Robot Gedek, memiliki masa kecil yang bermasalah di Pekalongan, Jawa Tengah. Ia kemudian bekerja sebagai pemulung barang bekas di Jakarta.
Dari tahun 1994 hingga 1996, Siswanto menyodomi dan membunuh 12 anak jalanan, semuanya laki-laki, berusia sembilan hingga 15 tahun. Dia meminum darah mereka dan memutilasi tubuh mereka.
Siswanto bahkan menyimpan bagian tubuh tertentu sebagai kenang-kenangan. Selama persidangan, dia mengaku bahwa dia mengira sedang menyembelih ayam. Robot menerima hukuman mati pada bulan Mei 1997 dan dipenjara di penjara Pulau Nusakambangan.
Siswanto meninggal karena serangan jantung pada tahun 2007, dua hari setelah teman satu selnya menyatakan bahwa eksekusinya sudah dekat.
Very Idham Henyansyah (11 orang)
Very Idham Henyansyah, yang lebih dikenal dengan nama Ryan Jombang, berasal dari Jombang, Jawa Timur. Dia bekerja sebagai guru mengaji dan juga seorang model pria.
Pada tahun 2006, dia mengundang korban pertamanya, Agustinus Fitri Setyawan, ke rumah orang tuanya di Jombang. Dia memukuli korban hingga tewas dengan linggis dan mencuri uang sebesar Rp72 juta.
Ryan ditangkap pada bulan Juli 2008 karena membunuh seorang pengusaha yang menyatakan ketertarikannya pada pacarnya. Dia memotong tubuh pria itu menjadi tujuh bagian dan membuangnya ke dalam tas di pinggir jalan Jakarta Selatan.
Ryan mengaku melakukan sepuluh pembunuhan lainnya. Sebagian besar korbannya adalah pria gay. Ia juga membunuh seorang wanita dan putrinya yang berusia tiga tahun.
Selain itu, Ryan mengubur lima orang di halaman belakang rumah orang tuanya, dengan membakar beberapa di antaranya terlebih dahulu. Ryan dijatuhi hukuman mati pada tanggal 6 April 2009.
Ryan dikenal sebagai "pembunuh berantai bernyanyi" karena dia suka bernyanyi dan menulis puisi. Pada tahun 2009, dia merilis sebuah otobiografi berjudul The Untold Story of Ryan. Pada bulan Oktober 2010, dia mengumumkan niatnya untuk menikahi seorang wanita mantan narapidana untuk menyenangkan ibunya.
Selain kasus pembunuh berantai di Indonesia, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…