Mengenal Apa Itu Butterfly Effect? Simak Pengertian, Sejarah, dan Contohnya Berikut Ini
ERA.id - Butterfly effect atau ‘efek kupu-kupu’ merupakan istilah yang cukup sering didengar atau dibaca (dalam suatu tulisan). Saat ini, ini merupakan metafora yang berkaitan dengan sebab-akibat. Namun, sebenarnya apa itu butterfly effect?
Jika melihat dari gaya atau diksinya, metafora ini berkaitan dengan keindahan. Meski demikian, butterfly effect terbentuk dari persoalan ilmiah yang berkaitan dengan fenomena alam.
Mengenal Apa Itu Butterfly Effect
Dikutip Era dari Scholarpedia, awal dari butterfly effect adalah bidang bidang ilmiah, tepatnya dari meteorolog bernama Edward N. Lorenz. Pada 29 Desember 1972, Lorenz berpidato memberikan pidato dalam Pertemuan ke-139 The American Association for the Advancement of Science di Washington DC, Amerika Serikat.
Dia melontarkan pertanyaan mengenai efek kepak sayap kupu-kupu di Brazil terhadap tornado di Texas? Pesan utama dari hal tersebut adalah perilaku atmosfer tidak stabil terkait gangguan amplitudo kecil.
Dilansir laman resmi BARKI Universitas Medan Area, butterfly effect merupakan istilah dalam teori kekacauan terkait “ketergantungan yang peka terhadap kondisi awal”, yaitu perubahan kecil di satu tempat dalam sistem taklinear bisa memberikan efek yang besar pada waktu tertentu.
Edward N. Lorenz menyampaikan istilah tersebut berkaitan dengan pemikiran bahwa, secara teori, kepakan sayap kupu-kupu yang ada di hutan Brasil bisa menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Ini juga disebut sebagai fenomena yang memiliki sistem dengan ketergantungan (yang sangat peka) terhadap kondisi awal.
Sedikit perubahan pada kondisi awal bisa mengubah kelakuan sistem pada waktu yang akan datang secara drastis. Sebagai penggambaran, jika suatu sistem dimulai dengan kondisi awal 2 memiliki hasil akhir yang berbeda jauh dengan sistem yang dimulai dengan 2,000001 di mana 0,000001 sangat kecil sekali dan wajar diabaikan. Jadi, kesalahan yang sangat kecil bisa memicu bencana pada suatu masa.
Sejarah Butterfly Effect
Edward N. Lorenz mendapatkan istilah butterfly effect saat dia melakukan pekerjaan rutinnya sebagai peneliti meteorologi. Pria yang lahir pada 23 Mei 1917, Amerika Serikat, ini memiliki pendidikan bidang matematika dan meteorologi dari MIT.
Ketika membuat perhitungan terkait prakiraan cuaca, Lorenz menyelesaikan 12 persamaan diferensial taklinear dengan komputer. Awalnya dia mencetak hasil perhitungan tersebut di atas kertas dengan format enam angka di belakang koma (…,506127).
Demi menghemat waktu dan kertas, Lorenz hanya mencantumkan tiga angka di belakang koma (menjadi …,506) dan cetakan selanjutnya diulangi pada kertas sama yang telah diisi dengan hasil cetakan tadi. Satu jam berselang, dia terkejut oleh hasil yang sangat berbeda. Awalnya, dua kurva berimpitan, tetapi keduanya mengalami pergeseran sedikit demi sedikit hingga membentuk corak yang berbeda sama sekali.
Pada 1963, Lorenz menerbitkan studi teoretis dari fenomena tersebut dalam artikel berjudul Deterministic Nonperiodic Flow ‘Aliran Takperiodik Deterministik’. Dia menyatakan, “Seorang meteorolog mendapati bahwa jika teori ini benar, maka satu kepakan sayap burung camar laut dapat mengubah jalannya cuaca untuk selamanya.”
Terkait hal tersebut, dia kemudian mendapatkan saran dari rekan-rekan sejawatnya dalam kuliah-kuliah dan publikasi selanjutnya. Lorenz akhirnya menggunakan contoh yang lebih puitis, yaitu kupu-kupu—bukan burung camar laut.
Menurutnya, pada suatu ketika dirinya tak memiliki judul untuk ceramahnya dalam pertemuan ke-139 American Association for the Advancement of Science tahun 1972. Philip Merilees kemudian memberikan usul judul Does the flap of a butterfly’s wings in Brazil set off a tornado in Texas? ‘Apakah kepakan sayap kupu-kupu di Brasil menyulut angin ribut di Texas?’.
Penggunaan Istilah Butterfly Effect
Seiring berjalannya waktu, butterfly effect menjadi istilah yang digunakan dalam berbagai hal—tidak hanya dalam fenomena alam terkait cuaca. Inti dari metafora tersebut adalah perubahan kecil yang bisa berefek besar pada suatu masa.
Oleh sebab itu, ini juga bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh dari penggunaan istilah ini adalah perilaku kebaikan sederhana yang kita lakukan kepada teman. Hal tersebut memiliki kemungkinan untuk menghasilkan sesuatu yang besar pada suatu masa.
Contoh lain dari apa itu butterfly effect yang sederhana adalah kesadaran menjaga kebersihan. Saat ini Anda membuang sampah plastik kecil tidak pada tempat yang telah diperuntukkan. Hal tersebut bisa memberikan dampak yang besar pada suatu masa, misalnya banjir.