Namanya Dikaitkan dengan Tabrak Lari Mahasiswi Cianjur, Sopir Sugeng Tiba-tiba Muncul Beberkan Kronologi
ERA.id - Sopir mobil sedan jenis Audi A8, Sugeng Guruh Utama (43) dikaitkan dengan insiden kecelakaan di Jalan Raya Bandung-Cianjur hingga menewaskan, mahasiswi FH Universitas Suryakencana (Unsur) Cianjur, Selvi Amalia Nuraeni (19) pada Jumat (20/1/2023).
Kini sang sopir mobil Audi A8 itu muncul ke permukaan setelah sepekan kematian Selvi.
"Saya adalah driver mobil Audi A8 yang diberitakan selama ini. Saya selaku pengemudi akan mengklarifikasi tentang kejadian yang sebenar-benarnya. Bahwa saya ikut dan dalam iring-iringan bukan menerobos atau pun memaksa merangsak masuk ikut iring-iringan," kata Sugeng, Jumat (27/1/2023).
Sugeng mengaku sudah mengantongi izin ikut iring-iringan setelah majikan itu menghubungi suaminya.
"Tidak (memaksa masuk orientasi), itu semua atas sepengetahuan Bapak suami daripada Ibu Bos (Nur) saya yang saya bawa. Dikarenakan ada pihak daripada suami dari Ibu bos ini, saya mengikuti," lanjutnya.
Setelah masuk iring-iringan, Sugeng menyebut mobil yang ia kemudikan itu menjadi kendaraan yang paling belakang. Ia juga tidak tahu bahwa akan ada kendaraan lainnya yang mengekor.
"Saya mengira dan memang saya melihat saat itu di belakang tidak ada lagi mobil dari anggota. Saya berjalan seperti biasa mengikuti iring-iringan, bukan berarti saya liar, karena saya mengikuti dan memang diketahui oleh pihak bapak yang di depan," ucapnya.
Sugeng mengatakan, saat iring-iringan mendekati lokasi kejadian, ia melihat perempuan bermotor seperti hilang kendali layaknya mengerem mendadak.
"Begitu mendekati TKP, saya jarak dua mobil di depan, saya melihat ada perempuan pakai motor sudah oleng, seperti dia memakai rem depan atau bagaimana mana tapi oleng seperti mau jatuh," kata dia.
Saat mengetahui hal itu, Sugeng sontak menghindari pengendara motor tersebut agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Dalam hitungan detik karena jarak mobil saya dengan yang di depan saya terhalang dua mobil. Saya spontan (membanting stir) ke kiri, menghindar. Di belakang saya ini langsung melaju tanpa berhenti," sambung Sugeng.
Sugeng menjelaskan, setelah itu ia berinisiatif memelankan kendaraan tersebut untuk mengecek kondisi mobil. Sebab, ia baru bekerja sebagai sopir sekitar satu pekan.
"Maksud memelankan kendaraan, saya ingin memeriksa (kendaraan) karena saya adalah driver dan mobil itu adalah tanggung jawab saya. Kalau pun nanti ada lecet kan saya yang harus mengganti rugi kepada bos. Apalagi saya bekerja baru seminggu," jelasnya.
Kendati begitu, maksud Sugeng memelankan kendaraan itu ternyata menjadi salah paham oleh warga sekitar. Pasalnya, Sugeng langsung diintrogasi bahkan sempat dimarahi oleh warga.
"Disangka warga disitu mungkin karena saya memelankan mobil bukan berhenti. Saya memelankan kecepatan di bawah 40 atau 30 km/jam, karena kondisi di TKP memang ramai dan padat, ramai lah. Ngga mungkin kecepatan di atas 50 apalagi 80 km/jam. Saya pelan, jarak mungkin di atas 1 km, tiba-tiba warga banyak mengejar. Karena saya merasa membawa bos dan ada anak kecil di dalam, saya kooperatif berhenti kepinggir dan parkirkan mobil," ungkap Sugeng.
"Saya refleks ambil HP, saya rekam video, turun dari kendaraan, orang tersebut langsung marah-marah dan menuduh saya pelakunya. Itu katanya Pak helmnya ancur. Bapak harus tanggung jawab, segala macam lah," kata Sugeng menambahkan.
Meski dimarahi, Sugeng berusaha memenangkan warga dan berusaha menjelaskan apa maksud dirinya berhenti dan memarkirkan mobil yang dikendarainya itu.
"Karena saya menjaga emosi masyarakat yang notabene langsung men-judge begitu tanpa tahu pembuktian. Saya ajak untuk membuktikan, saya terangkan 'Pak, bapak-bapak semua, ini mobil yang saya kemudikan adalah mobil sedan jenis Audi (A8). Ceper Pak, rendah banget. Kita cek dulu deh apakah betul yang bapak tuduhkan kepada saya sebagai penabrak si korban (Selvi). Semua dicek Pak'," terang Sugeng.
Sugeng pun mengaku memiliki kondisi mobil yang dikendarainya. Kondisi mobil itu pun tidak dalam keadaan lecet maupun penyok.
"Saya ada bukti videonya. Tidak ada lecet, tidak ada penyok termasuk, ban semua dikelilingi, tidak ada sedikit pun. Bukti-bukti tidak ada. Jadi yang dituduhkan itu semua tidak benar," tutur Sugeng saat menjelaskan kondisi saat diberhentikan.
Selepas mengerikan keterangan kepada para warga yang memberhentikan, imbuh Sugeng, mereka pun menyampaikan permohonan maafnya.
"Akhirnya yang mengejar ini meminta maaf. 'Maaf Pak, saya salah paham, saya salah kejar mobil, silakan lanjutkan perjalanan'. Karena saya merasa tidak melakukan penabrakkan, saya berjalan seperti biasa. Dan jarak dari TKP itu saya masuk pintu tol Padalarang. Jarak jauh. Kalau saya pelaku, saya udah kena dikejar, saya tinggal tancap gas aja ngga mungkin berhenti," tutupnya.