Pencak Silat Menginvasi Hollywood, Mendamaikan Indonesia

Jakarta, era.id - Nama pencak silat makin mengangkasa di langit Asia dan dunia. Prestasi yang diraih para atlet pencak silat Indonesia di Asian Games 2018 benar-benar mencengangkan. Dari 14 atlet yang berlaga di final, semuanya meraih medali emas. Alias sapu bersih!

Tapi, kamu tahu enggak? Kedigdayaan pencak silat tidak muncul saat ini saja. Ini kita tidak sedang berbicara tentang dunia olahraga, lho. Jika kita menengok ke belakang, sekitar satu dekade lalu, olahraga asli Indonesia ini menjadi awal ketertarikan Gareth Evans, sutradara asal Wales yang menikahi perempuan keturunan Indonesia-Jepang untuk membuat sejumlah film bergenre bela diri berlatar belakang pencak silat.

Dengan bantuan istrinya, Evans--yang menggandrungi bela diri sejak kecil--mulai berkarier di Jakarta dengan menggarap film dokumenter tentang pencak silat. Saat itu, Evans bertemu dengan Iko Uwais, ahli silat yang sedang bekerja sebagai sopir antar di perusahaan telepon. Ia lantas mendaulat Iko sebagai bintang utama film Merantau dan juga mengajak Yayan Ruhian sebagai tokoh antagonis dalam film panjang Indonesia pertama yang ia garap ini.

Apresiasinya yang tinggi akan pencak silat terbukti ketika ia menggarap The Raid dan sekuelnya, The Raid 2: Berandal. Iko dan Yayan kembali direkrut Evans, yang kali ini dilengkapi ahli bela diri lainnya, Cecep Arif Rahman. Ya, berkat pencak silat tiga film laga berkelas tercipta hingga menembus dinding dunia.

Cecep dan Yayan (Foto: Cinemags)

Tak sampai di situ. Pencak silat bahkan menerbangkan Iko Uwais ke Hollywood saat ia ambil bagian dalam film Man Of Tai Chi, Star Wars: The Force Awaken, dan Beyond Skyline. Yang paling membanggakan, suami dari musisi Audy Item ini main bareng Mark Wahlberg dalam film Mile 22 yang baru saja dirilis. Karakter yang diperankan oleh Iko, Li Noor, menjadi benang merah cerita dalam film ini.

Ya, sejak menit ke-20, Iko terus muncul di setiap adegan laga film ini dan bahkan mengalahkan durasi kemunculan Ronda Rousey yang tewas bunuh diri di tengah-tengah film. Iko praktis hanya kalah dari Wahlberg dan Lauren Cohen yang menjadi pemeran utama. Terlepas dari sejumlah kritikan dan rating jelek yang diberikan sejumlah kritikus film, aksi-aksi pencak silat Iko dalam film ini begitu lezat.

Baca juga: Pencak Silat Antara Emas dan Dilema

Menurut para kritikus, adegan jarak dekat dengan kamera bergoyang-goyang (teknik shaky-cam) dan jarak antar-adegan yang terlalu cepat berpindah (quick-cut) dalam film ini terlalu banyak. Padahal saat ini, film-film aksi cenderung menggunakan long shot dengan penyuntingan prima saat menampilkan adegan berkelahi. Tapi, apakah itu penting? Sepertinya tidak. 

Bukan cuma Iko. Melalui pencak silat, Yayan dan Cecep juga menembus Hollywood. Bersama Iko, keduanya tampil satu scene bersama Harisson Ford dalam Star Wars: The Force Awaken. Bersama Iko, ia tampil dalam Beyond Skyline yang dibintangi aktor Frank Grillo. Yang lebih gokil, Yayan dan Cecep bahkan bakal beradu akting dengan Keanu Reeves dalam John Wick 3 yang akan dirilis tahun depan. Sekali lagi, berkat pencak silat nama Indonesia makin menggema.

Baca juga: Asian Games 2018 Mempersatukan Segalanya

Foto: INASGOC

Yang paling anyar--ini tidak ada hubungannya dengan film--tentu saja aksi pelukan Presiden Jokowi dan Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Prabowo Subianto setelah pesilat Indonesia Hanifan Yudani Kusumah menyabet medali emas di nomor tarung kelas C (55-60 kilogram) di Pedepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah, Rabu (29/8) kemarin. Tidak banyak yang menyangka, Hanifan menghampiri dua calon presiden Indonesia tersebut dan memeluknya dengan erat dalam selubung bendera merah putih. Ya, suhu politik Indonesia yang sebelumnya memanas kini menjadi sejuk.

Tak bisa dipungkiri. Berkat pencak silat, aktor-aktor Indonesia invasi Hollywood. Berkat pencak silat, Indonesia bersatu. Dan berkat pencak silat, Hanifan menjadi pahlawan perdamaian. 

Baca Juga : Pelukan Jokowi dan Prabowo dalam Selubung Merah Putih

Tag: asian games 2018 hari film nasional 2018