Psikolog: Jadi Teman untuk Anak Cara Mudah dan Menyenangkan Kenalkan Consent Seksual
ERA.id - Membicarakan masalah pribadi seperti menstruasi dan consent seksual merupakan hal yang bisa membuat ibu dan anak merasa tak nyaman. Padahal, anak perempuan butuh informasi yang dipercaya tentang menstruasi dan consent seksual.
Menurut Roslina Verauli, M.Psi, Psi., Psikolog Klinis Anak, Remaja dan Keluarga mengungkapkan 10 persen remaja putri tidak tahu bagaimana cara memasang pembalut, ukurannya, dan tidak memiliki akses untuk bertanya.
Menurutnya, orang tua harus menjadi teman diskusi bagi anaknya. Hal ini karena perkembangan otak pada remaja, umumnya terjadi ledakan emosional dan potensi terjadinya perilaku beresiko.
Orang tua menjadi jaring pengaman bagi putra putri ketika mereka memiliki problem. Pendampingan di rumah adalah landasan dari segalanya. Merasa dicintai adalah penghayatan paling dasar, sadar bahwa anak dicintai orang di sekitarnya.
"Dekati anak sesuai dengan jamannya, dengan teknik yang sesuai dengan si anak. Contohnya dengan membahas film, lirik lagu atau sosial media yang mereka ikuti," kata Vera dalam acara webinar Hers Protex - Rahasia Talks: Super Parents Kit pada Sabtu (15/4/2023).
"Anak remaja membutuhkan energi besar. Mereka harus cukup tidur, walaupun di usia remaja mereka susah tidur. Bahkan, jumlah jam tidur remaja lebih besar daripada anak SD. Cukupkan exercise atau olahraga karena ini baik untuk release hormon, dan berikan nutrisi yang sesuai," lanjutnya.
Menurutnya, peran orang tua sangat besar dalam risiko sosial remaja. Diantaranya adalah menunjukkan penerimaan dan kasih sayang, memberikan model afeksi yang tepat, memberikan informasi tentang pendidikan seksualitas, memberi akses ke profesional untuk remaja, dan melatih membuat keputusan seksual yang sehat.
Sebanyak 70 persen remaja putri pengalaman seks pertamanya terkait ada paksaan dari pacarnya (black dating) yaitu kekerasan dalam relasi berpacaran.
"Ketika anak perempuan gak mau dicium, teman laki-laki harus menghargainya. Harus ada persetujuan. Itu namanya consent. Sebagai orang tua harus memperkenalkan consent terhadap anaknya. Ketika tidak artinya tidak, ketika diam artinya tidak, ketika ya, artinya ya," ungkapnya.
Ia mengungkap orang tua cenderung mengoreksi anak dulu. Jika anak cerita, biarkan mereka cerita. Selalu tunjukkan orang tua menerima cerita anak.
Jika komunikasi orang tua negatif, anak cenderung akan menghindar. Anak yang disentuh dengan baik akan mendapatkan respect oleh orang tuanya.
"Jika anak disentuh oleh orang tuanya, ia akan dapat membedakan mana yang good touch, mana yang bad touch. Karena itu tidak bisa diajarkan melalui omongan tapi dari pengalaman. Jadi jika di luar anak mengalami sentuhan yang bad touch, mereka dapat membedakannya. Orang tua adalah model afeksi seorang anak, bukan pacarnya," tuturnya.