Melibatkan Sistem Kerja Otak, Berikut Faktor-faktor Penyebab Terjadi Perselingkuhan
ERA.id - Menurut antropolog biologis, Helen Fisher, yang dikutip dari konferensi TED tahun 2006, cinta tidak hanya melibatkan faktor emosi. Fisher berpendapat, cinta juga berkaitan dengan sistem kerja otak yang berhubungan dengan seks dan reproduksi. Kedua sistem tersebut yang dapat mengungkapkan bagaimana seseorang dapat melakukan perselingkuhan.
Simak artikel ini untuk mendapatkan penjelasan tentang perselingkuhan menurut psikologi.
Dari Mana Asalnya Cinta?
Menurut Fisher, cinta merupakan dorongan. Cinta berasal dari motorik otak yang mengontrol kebutuhan dan hasrat, bagian otak yang berperan menggerakkan sinyal atau perasaan ngidam.
Dalam konferensi tersebut, Fisher mengungkapkan cinta seperti ketergantungan, dan frase “cinta itu buta” (sedikit) memang ada benarnya. Ketika Anda jatuh cinta, tidak hanya orang tersebut yang istimewa untuk diri Anda, Anda juga bisa saja menyerahkan seluruh jiwa dan raga, serta perhatian Anda padanya. Anda bisa dengan lancar mengurutkan apa saja yang Anda tidak sukai dari dirinya, tapi selanjutnya Anda tidak mengacuhkan itu semua, selain terpaku pada setiap gerakannya.
Dilansir dari Psychology Today, terdapat 5 alasan yang mendorong seseorang berselingkuh, berdasarkan survei yang pernah dilakukan Julia Omarzu, psikolog dari Loras College, bersama tim penelitinya, antara lain:
Kepuasan emosional dalam pernikahan terasa kurang
Mencari keintiman emosional bisa sama menariknya dengan mencari keintiman fisik sebagai alasan untuk menjalin perselingkuhan. Sebagian besar orang yang berselingkuh berdasarkan alasan ini melaporkan mereka merasa kurang terpenuhi kebutuhan emosionalnya dari pasangan resmi mereka. Jenis perselingkuhan ini pada umumnya tidak melibatkan seks dan cenderung untuk tetap menjalankan hubungan platonis.
Kurangnya kepuasan seksual dan hasrat untuk hubungan seksual tambahan
Nafsu seksual sifatnya memang berumur pendek, dan gairah dapat merosot turun drastis saat gairah perlahan mati atau masalah emosional kembali hadir ke permukaan. Hal ini juga dapat memudar jika kedua pasangan dalam hubungan perselingkuhan tidak menemukan banyak kesamaan lain di luar seks.
Balas dendam
Dalam sebuah hubungan yang sudah telanjur ‘sekarat’, keinginan untuk menyakiti pasangan yang (atau dicurigai) berselingkuh juga dapat mengalahkan hasrat pemenuhan keintiman fisik dan batin semata.
Perselingkuhan merupakan aktualisasi dari hasrat, penderitaan, dan kebutuhan akan sebuah hubungan. Perselingkuhan jarang hadir tanpa hadirnya konflik atau bahkan tekanan. Selain itu, perselingkuhan bisa saja merupakan akibat, atau penyebab, dari pernikahan.
Hasrat untuk menerima rasa penghargaan dari orang lain
Saling menghargai merupakan faktor penting dalam aspek emosional untuk sebuah hubungan romantis. Kedua orang ini dapat saja bertumbuh semakin terpisah secara emosional dn gagal untuk mengakui kebutuhan yang mereka punya dalam hubungan tersebut.
Dalam penelitian Susan Berkowitz, pria yang berhenti berhubungan seks dengan pasangannya, 44% mengungkapkan mereka merasa marah, dikritik, dan tidak penting dalam pernikahan mereka. M.Gary Neuman mendapatkan bahwa 48% pria melaporkan ketidakpuasan emosional menjadi alasan utama untuk berselingkuh. Mereka merasa tidak dihargai dan berharap bahwa pasangan mereka dapat mengakui ketika mereka bekerja keras untuk mempertahankan pernikahan tersebut.
Tidak lagi cinta dengan pasangannya dan mendapatkan cinta yang baru
Keintiman emosional dan fisik juga menjadi salah satu faktor penting yang dapat mengarah kepada perselingkuhan.
Demikianlah penjelasan mengenai perselingkuhan menurut psikologi, semoga informasi ini bermanfaat.
Ikuti Artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin paham, Bikin Nyaman…