Kalau Impor KRL Jadi, Itu Cuma untuk Memenuhi Kebutuh Jangka Pendek

ERA.id - Menteri BUMN Erick Thohir memastikan impor kereta rel listrik (KRL) hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek sembari menunggu produksi kereta dari PT Industri Kereta Api (INKA) selesai.

“Kalaupun ada impor, seminimal mungkin yang kita minta. Karena itu hanya menutupi yang namanya gap dari kebutuhan 6 bulan atau 7 bulan ke depan,” kata Menteri BUMN Erick dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin kemarin.

Erick menjelaskan bahwa berdasarkan hasil rapat dengan INKA dan PT KAI, terdapat pertumbuhan penumpang yang melebihi prediksi pascapandemi COVID-19 berakhir.

Kenaikan jumlah penumpang disebutnya tidak hanya terjadi pada penumpang kereta, namun pada penumpang pesawat di Bandara Soekarno Hatta dan Bandara Ngurah Rai, Bali.

“Hari ini memang sudah tinggi sekali dari angka sebelum COVID-19 di Soekarno Hatta. Di Bali pun akan menjadi catatan karena pasti Bali 4 bulan lagi akan ada announcement yang sama jumlah penumpang akan melebihi daripada yang sudah ditargetkan,” ucapnya.

Pembangunan infrastruktur, lanjutnya, akan selalu menjadi permasalahan baru ketika ekonomi dunia telah pulih dari efek pandemi COVID-19. Meskipun, masih ada ketegangan geo politik dan permasalahan dari pemenuhan supply chain.

Oleh karena itu, ditegaskannya, sembari menunggu INKA menyelesaikan pembuatan gerbong kereta api, impor kereta bekas menjadi salah satu solusi cepat untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek pengguna kereta.

“Tentu Alhamdulillah buat Indonesia ini hal yang positif. Karena itu INKA sendiri setelah saya periksa, memang untuk mengikuti suplai kebutuhan kereta api kemarin memang salah satunya yaitu melakukan impor, tetapi harus diiringi produksinya sendiri ini,” jelasnya.

Guna menambah kemampuan produksi INKA, Menteri Erick bersama Menteri Perhubungan, Menko Marves dan Menteri Perindustrian, pun sepakat untuk menyuntikkan dana sebesar Rp3 triliun kepada INKA melalui dana Penyertaan Modal Negara (PMN) tunai tahun anggaran 2024.

Dana tersebut akan digunakan sebagai tambahan modal bagi INKA guna mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan kereta api untuk gerbong-gerbong barunya.

“Penyehatan INKA Ini membutuhkan tambahan Rp3 triliun, sehingga terjadi equilibrium antara produksi gerbong dan juga peningkatan jumlah kebutuhan kereta api sendiri,” tutur Erick.

Adapun menurut Erick saat ini INKA telah memiliki pabrik dengan dua jenis kualitas. Pertama, pabrik yang berlokasi di Banyuwangi yang memiliki standar tinggi karena telah bekerja sama dengan perusahaan Swiss Steadler untuk menyuplai kebutuhan gerbong kereta api di Asia Tenggara. Sedangkan satunya pabrik dengan kualitas standar nasional.