Mengenal Profil Cak Nun, Cendekiawan Besar Indonesia
ERA.id - Emha Ainun Nadjib masih berjuang untuk kesembuhannya karena beberapa waktu lalu mengalami pendarahan otak. Pria yang kerap disapa Cak Nun ini masih dirawat di RSUP Dr. Sardjito, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Profil Cak Nun sangatlah menarik. Ada pihak yang menyebutnya sastrawan, ada yang menyebutnya budayawan, ada pula yang menyebutnya kiai. Untuk lebih mengenalnya, berikut adalah informasi mengenai sosok Cak Nun yang dikumpulkan Era.id dari berbagai sumber.
Mengenal Profil Cak Nun
Nama lengkap Cak Nun adalah Muhammad Ainun Nadjib. Dia merupakan pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953. Salah satu yang membuat nama Cak Nun besar adalah penguasaan berbagai ilmu dan pengetahuan, seperti sastra, pendidikan, kebudayaan, tafsir, tasawuf, filsafat, agama, dan sebagainya.
Tak heran jika status yang dilekatkan masyarakat kepadanya cukup banyak, seperti sastrawan, seniman, budayawan, kiai, dan sebagainya. Tak hanya itu, dia juga dinilai sebagai salah satu tokoh penting jelang lengsernya Soeharto dari kursi presiden Indonesia.
Cak Nun adalah orang yang berpengaruh, tetapi dia tidak mau lagi mengisi acara yang ditayangkan oleh TV nasional. Jika memang harus mengisi acara TV, dia lebih memilih TV lokal.
Setelah Indonesia masuk masa Reformasi (1998), Cak Nun bersama KiaiKanjeng memiliki fokus kegiatan bersama masyarakat di berbagai pelosok Tanah Air. Kegiatan yang dilakukan adalah dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metode perhubungan kultural, cara berpikir, dan pengupayaan solusi masalah masyarakat.
Kegiatan ini kemudian berkembang menjadi konsep kebersamaan yang diikuti pula oleh berbagai lapisan masyarakat. Kemudian, pada 2001 konsep tersebut disebu dengan Maiyah.
Dilansir situs web resmi Cak Nun, secara etimologis, Maiyah berasal dari bahasa Arab, yaitu ma’a yang artinya ‘bersama’. Kemudian, arti maiyah adalah ‘kebersamaan’. Kebersamaan yang dibangun harus selalu berpijak pada kebersamaan Segitiga Cinta antara Allah Swt., Rasulullah saw., dan setiap makhluk.
Keluarga Cak Nun
Orang tua Cak Nun adalah Muhammad Abdul Latief dan Chalimah. Dia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Saat ini Cak Nun adalah tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh. Tampaknya hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh orang tuanya.
Muhammad Abdul Latief merupakan petani sekaligus tokoh agama yang sangat dihormati oleh masyarakat Desa Menturo, Sumobito, Jombang. Dia juga pemimpin masyarakat yang menjadi tempat untuk bertanya dan mengadu soal berbagai masalah.
Ibunya juga menjadi panutan masyarakat yang penuh cinta kasih. Seingat Cak Nun, saat masih kecil Cak Nun kerap diajak ibunya berkunjung ke para tetangga untuk menanyakan keadaan mereka. Keadaan yang dimaksud adalah apakah para tetangga bisa makan dan menyekolahkan anaknya atau tidak.
Saat ini istri Cak Nun adalah Novia Kolopaking. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai empat orang anak, yaitu Ainayya Al-Fatihah (meninggal di dalam kandungan), Aqiela Fadia Haya, Jembar Tahta Aunillah, dan Anayallah Rampak Mayesha.
Novia bukan perempuan pertama yang dinikahir Cak Nun. Sebelumnya, dia pernah menikah dengan seorang perempuan bernama Neneng Suryaningsih. Pernikahan dengan Neneng dikaruniai anak bernama Sabrang Mowo Damar Panuluh (Noe). Seperti diketahui, Noe merupakan vokalis grup band Letto.