Maaf Ratna, Kamu Bukan Pembuat Hoaks Terbaik
Tentu saja, ini adalah sebuah sikap ksatria yang perlu kita hargai. Seperti kata Sherina cilik di lagu Persahabatan, hanya pemberani yang mau mengakui kesalahannya. Ratna mengaku sadar betul, kebohongan yang ia lempar adalah kesalahan. Tapi, Ratna nampaknya gagal menyadari bahwa dia bukanlah pembuat hoaks terbaik. Coba kita cari tahu, kira-kira apa dasar Ratna menyebut dirinya sebagai pembuat hoaks terbaik?
Coba saja, apa pantas menyebut Ratna sebagai pembuat hoaks terbaik ketika kebohongan yang ia buat langsung dipereteli dalam waktu satu hari? Sungguh, dalam waktu satu hari kok. Coba ingat-ingat, foto Ratna yang jadi pemicu mencuatnya isu ini kan pertama kali beredar pada Selasa, 2 Oktober 2018 kemarin. Dan kemarin itu juga, berbagai pihak langsung mengungkap berbagai keanehan dari isu pengeroyokan Ratna ini.
Pertama, soal foto wajah Ratna yang dipenuhi lebam. Sejumlah pihak, dari yang awam sampai yang memiliki dasar keilmuan menandai sejumlah keanehan dalam foto tersebut. Buat yang awam, mereka bilang ada sejumlah perbedaan dalam foto Ratna yang penuh lebam dengan wajah Ratna yang sebenarnya. Soal keberadaan tahi lalat yang dianggap berubah posisi, misalnya.
Ratna Sarumpaet saat melapor ke Prabowo Subianto (Foto dari twitter Fadli Zon)
Buat yang memiliki dasar keilmuan, mereka bahkan langsung menyebut lebam di wajah Ratna sangat mungkin disebabkan efek samping operasi plastik. Tompi, penyanyi yang juga ahli bedah plastik bahkan sempat melempar kultwit yang secara garis besar menjelaskan bagaimana operasi plastik dapat menimbulkan efek samping lebam di wajah sebagaimana yang dialami Ratna.
Soal tuduhan operasi plastik itu, Tompi bahkan sempat terlibat twitwar dengan politikus di Senayan, Fahri Hamzah dan Andi Arief yang meminta Tompi enggak asal berkomentar. Kepada Fahri dan Andi Arief, Tompi berusaha meyakinkan, ungkapannya dilandasi keilmuan yang ia kuasai dan bukan komentar asal-asalan seperti yang Fahri dan Andi Arief bilang. Dan seperti melegitimasi kultwit Tompi kemarin malam, sore tadi Ratna mengaku bahwa lebamnya memang disebabkan oleh operasi plastik.
Tapi, malam tadi sebelum Ratna mengakui kebohongannya, Fahri dan Andi Arief nampak tetap bersikukuh memperkuat narasi yang dibentuk dalam kebohongan Ratna, bahwa bisa saja Ratna betul-betul dianiaya, dan kultwit Tompi tentu akan sangat merugikan pihak Ratna andai ia betul-betul mengalami penganiayaan. Tapi, bukan penduduk Republik Medsos namanya kalau enggak cerdik.
Ramai-ramai mereka mencoba membuktikan bahwa drama yang dipertontonkan soal pengeroyokan ini adalah pembodohan semata. Caranya, ada yang mengecek jadwal penerbangan pesawat di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat yang ternyata mencatat, enggak pernah ada jadwal penerbangan malam hari dari Bandung ke Jakarta sebagaimana kronologi cerita yang dinarasikan dalam drama ini. Selain itu, ada juga yang mengaku bertemu Ratna saat bersama-sama mengantre di sebuah klinik bedah bersama Ratna pada tanggal 27 September 2018, tiga hari setelah Ratna pulang dari RS Bina Estetika, Menteng, Jakarta.
Baca Juga : Ada yang Salah dengan Rekening Ratna Sarumpaet
Lalu, pagi tadi, Rabu (3/9/2018), sebuah laporan penyelidikan yang dilakukan Polda Metro Jaya terkait kasus ini beredar. Dalam laporan
itu, polisi merinci fakta dan temuan yang menunjukkan bahwa ada yang enggak beres dengan kronologi pengeroyokan yang disampaikan Ratna. Pertama, terkait konferensi negara asing tanggal 21 September 2018 yang dihadiri Ratna beberapa saat sebelum ia dikeroyok. Menurut hasil penyelidikan, enggak ada konferensi semacam itu di tanggal tersebut.
Kedua, adalah hasil pengecekan data pasien di 23 rumah sakit se-Jawa Barat yang menunjukkan enggak pernah ada nama pasien atas nama Ratna Sarumpaet pada tanggal yang disebutkan Ratna. Ketiga yang juga sangat janggal adalah pengecekan data manifes penerbangan yang menunjukkan enggak pernah ada data penerbangan Ratna --baik kedatangan dan keberangkatan-- di tanggal 21 September 2018.
Dan gelar pembuat hoaks terbaik jatuh kepada...
Lalu, jika Ratna bukan pembuat hoaks terbaik, kepada siapa gelar terhormat itu seharusnya diberikan? Jawabannya, tentu enggak lain adalah Papa Setya Novanto. Lebih dari Ratna, drama Novanto bahkan menyeret begitu banyak korban ke penjara. Pengacara Novanto, Fredrich Yunadi hingga Bimanesh Sutarjo, dokter RS Medika Permata Hijau turut dipenjara karena terlibat dalam rekayasa kecelakaan Novanto.
Enggak seperti Ratna yang langsung mengakui kesalahannya, Novanto jauh lebih teguh mempertahankan kebohongan yang terlanjur ia buat. Dalam persidangan, Novanto selalu mengaku enggak sadarkan diri saat kejadian dan malah konsisten melemparkan kesalahan itu kepada Fredrich yang akhirnya ditetapkan sebagai dalang dari drama kecelakaan Novanto. Jauh lebih pembohong, bukan?!
Tapi, sejatinya ada kesamaan nih antara drama Novanto dan Ratna. Menurut ilmu sosiologi, aksi yang dilakukan Novanto dan Ratna bisa diidentifikasi sebagai teori dramaturgi milik Erving Goffman. Teori itu menjelaskan bagaimana sebuah peristiwa buatan dirangkai menjadi satu cerita yang diproyeksikan sebagai kejadian nyata.
Baca Juga : Bagaimana Ilmu Pengetahuan Melihat Drama Novanto dan Fredrich
Seperti identifikasi teoritis dalam kasus Novanto, dalam kasus Ratna pun, lingkungan yang mendukung terjalinnya rangkaian kebohongan ini bisa diseret sebagai bagian yang terlibat dalam teori dramaturgi. Jika Ratna adalah peran utamanya, maka berbagai pihak lain yang terlibat dalam kebohongan Ratna bisa saja dibilang sebagai peran pendukung.
Meski begitu, Ratna kan sudah mengakui dia salah. Ratna juga mengaku enggak ada keterlibatan orang lain dalam rekayasa pengeroyokan ini, termasuk para politikus yang ikut berkomentar membangun narasi kebohongan ini. Dan yang terpenting dari semuanya, Ratna harus tahu bahwa dia bukan seorang pembuat hoaks terbaik.
Maaf saja, nyatanya berbohong enggak semudah itu. Butuh sedikit kadar kepintaran di dalam kepala untuk membodohi masyarakat yang semakin cerdas. Bukan berarti Novanto lebih pintar dari masyarakat, ya. Novanto hanya lebih tebal muka saja, tipikal khas koruptor bangetlah pokoknya. Jadi, maaf Ratna, engkau bukanlah pembuat hoaks terbaik.