Inilah Tata Cara Khotbah Jumat dalam Salat Jumat

ERA.id - Dalam pelaksaanaan salat Jumat, ada beberapa hal yang harud dipenuhi karena menjadi syarat sah salat Jumat, salah satunya adalah dua khotbah. Khotbah dilakukan sebelum salat dua rekaat dilaksanakan.

Dua khotbah tersebut dipisah dengan duduk (oleh pengkhotbah). Khotbah tidak dilakukan dengan seenaknya. Ada tata cara khotbah Jumat yang perlu diikuti.

Tata cara yang dimaksud adalah rukun khotbah Jumat. Ada lima rukun yang harus dipenuhi dan dilakukan dengan tertib serta berkesinambungan (muwalah). Rukun-rukun disyaratkan menggunakan bahasa Arab. Dikutip Era.id dari NU Online, berikut ini penjelasannya.

Ilustrasi jemaah di Hagia Sophia (pexels)

Tata Cara Khotbah Jumat

1.    Memanjatkan pujian kepada Allah dalam kedua khotbah

Hal ini disyaratkan menggunakan kata hamdun dan lafaz-lafaz yang seakar kata dengan kata tersebut, misalnya alhamdu, ahmadu, nahmadu. Dalam kata “Allah” tertentu menggunakan lafaz jalalah, tidak cukup memakai nama Allah yang lain.

Contoh dari pelafalan tersebut adalah alhamdu lillâh, nahmadu lillâh, lillahi al-hamdu, ana hamidu Allâha, dan Allâha ahmadu.

2.    Membaca selawat kepada Nabi Muhammad dalam kedua khotbah

Hal ini disyaratkan menggunakan kata al-salatu dan lafaz yang satu akar kata dengan kata tersebut. Pengucapan nama Nabi Muhammad, tidak tertentu menggunakan kata “Muhammad”, misalnya al-Rasul, Ahmad, al-Nabi, al-Basyir, dan al-Nadzir.

Akan tetapi, penyebutan tersebut harus menggunakan isim dhahir. Menurut pendapat yang kuat, hal tersebut tidak boleh dilakukan dengan isim dlamir (kata ganti) meski sebelumnya disebutkan marji’nya. Contoh membaca selawat Nabi Muhammad yang benar adalah ash-shalâtu ‘alan-Nabi, ana mushallin ‘alâ Muhammad, dan ana ushalli ‘ala Rasulillah.

3.    Berwasiat soal ketakwaan dalam kedua khotbah

Dalam melakukan rukun ini tidak ada ketentuan redaksi yang mengikat. Hal yang paling penting adalah menyampaikan pesan kebaikan yang mengajak kepada ketaatan atau menjauhi kemaksiatan.

Contoh dari wasiat ini adalah “Athi’ullaha, taatlah kalian kepada Allah Swt.”,  “Ittaqullaha, bertakwalah kalian kepada Allah”, “Inzajiru ‘anil makshiat, jauhilah maksiat”. Pesan tidak cukup hanya berisi pengingat agar terhindar dari tipu daya dunia.

     4.    Membaca ayat suci Al-Qur’an pada salah satu khotbah

Standar dalam melaksanakan rukun ini adalah membaca ayat suci Al-Quran yang bisa memberikan pemahaman makna secara sempurna. Hal tersebut bisa berkaitan dengan janji-janji, ancaman-ancaman, mauizhah, kisah-kisah, dan sebagainya. Pembacaan ayat Al-Qur'an lebih utama dilakukan pada khotbah pertama. Berikut ini adalah contohnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ

“Wahai orag-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah orang-orang yang jujur”. (QS. at-Taubah: 119).

Membaca ayat suci Al-Qur’an yang tidak bisa dipahami maksudnya secara semputnya tanpa dirangkai dengan ayat lain tidaklah cukup. Contoh dari hal tersebut adalah sebagai berikut.

ثُمَّ نَظَرَ

“Kemudian dia memikirkan” (QS. Al-Muddatsir ayat 21).

5.    Mendoakan mukminin pada khotbah kedua

Mendoakan mukminin disyaratkan bertema atau berinti pada permohonan untuk kebaikan manusia di alam akhirat. Contoh dari doa tersebut adalah “Allahumma ajirnâ minannâr, ya Allah semoga engkau menyelematkan kami dari neraka”, “Allâhumma ighfir lil muslimîn wal muslimât, ya Allah ampunilah kaum muslimin dan muslimat”. Doa untuk urusan duniawi tidaklah mencukupi.