Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang Harus Diketahui Orangtua Sejak Dini

ERA.id - Tidak semua anak mengalami perkembangan yang sama, dan beberapa dari mereka mungkin mengalami gangguan tumbuh kembang anak. Lantas apa yang harus dilakukan oleh orang tua?

Dalam artikel ini, kita akan memahami berbagai jenis gangguan tumbuh kembang anak, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta langkah-langkah yang dapat diambil oleh orang tua dan penanganan medis yang dapat dilakukan.

Mengenal Gangguan Tumbuh Kembang Anak

Dilansir dari laman AI Care, gangguan tumbuh dan perkembangan anak, yang sering disebut sebagai Global Growth and Developmental Delay (GDD), adalah kondisi di mana anak mengalami kendala dalam mengikuti perkembangan fisik dan kognitif sesuai dengan kelompok usia mereka.

Gangguan ini dapat diartikan bahwa anak-anak tersebut lahir pada waktu yang tepat, tetapi dalam proses tumbuh kembang selanjutnya mereka menghadapi hambatan seperti masalah gizi dan keterlambatan dalam perkembangan sosial atau motorik.

Pada tahun 2016, diperkirakan terdapat sekitar 52,9 juta anak di seluruh dunia yang mengalami gangguan tumbuh kembang, terutama di negara-negara dengan pendapatan rendah.

Jika tidak ada upaya yang memadai, diprediksi angka kejadian gangguan tumbuh kembang ini dapat terus meningkat.

Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan telah berkolaborasi dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk menyusun panduan dan instrumen yang membantu dalam merangsang, mendeteksi, dan memberikan intervensi dini terhadap masalah tumbuh kembang pada anak usia 0 hingga 6 tahun.

Beberapa Gangguan Perkembangan Anak (unsplash)

Beberapa Gangguan Perkembangan Anak

Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini beberapa gangguan tumbuh kembang anak yang umum terjadi:

  1. Gangguan Spektrum Autism (GSA)

GSA adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi komunikasi dan interaksi sosial anak.

Gejala GSA muncul sejak dini dan termasuk gangguan perkembangan bahasa, sosial, perilaku, dan sensori. Faktor seperti keturunan, masalah otak, jenis kelamin, dan usia orangtua dapat memicu GSA. Meskipun tidak dapat disembuhkan, deteksi dini penting untuk membantu anak beradaptasi lebih baik.

  1. Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD)

ADHD adalah gangguan kronis yang memengaruhi fungsi otak anak. Gejala termasuk hiperaktif, sulit berkonsentrasi, dan impulsif. ADHD biasanya muncul pada masa kanak-kanak dan dapat berlangsung hingga dewasa.

Faktor seperti cedera otak, keturunan, atau paparan zat berbahaya saat hamil dapat memicu ADHD. Meskipun tidak dapat disembuhkan, pengobatan dapat membantu meredakan gejala.

  1. Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan menyebabkan anak merasa cemas secara berlebihan dalam situasi yang biasanya tidak menimbulkan kecemasan. Gangguan ini bisa disebabkan oleh gangguan obsesif-kompulsif atau faktor genetik.

Anak-anak dengan gangguan kecemasan dapat mengalami ketakutan yang tiba-tiba dan intensitas tinggi. Terapi dapat membantu mengatasi gejala ini.

  1. Gangguan Belajar

Gangguan belajar memengaruhi kemampuan anak untuk memahami dan menerapkan pengetahuan dalam area tertentu. Contohnya termasuk disleksia (kesulitan membaca), diskalkulia (kesulitan menghitung), dan disgrafia (kesulitan menulis).

Meskipun anak dengan gangguan belajar memiliki kecerdasan normal, mereka memerlukan dukungan khusus dalam pendidikan.

  1. Central Auditory Processing Disorder (CAPD)

CAPD adalah masalah pendengaran yang terkait dengan fungsi otak. Anak-anak dengan CAPD mengalami kesulitan dalam merespons suara, memahami percakapan, dan berkonsentrasi. Meskipun tidak ada obatnya, terapi dapat membantu anak mengatasi kondisi ini.

  1. Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah gangguan motorik yang mempengaruhi kemampuan anak untuk bergerak dan menjaga keseimbangan. Gejalanya termasuk kekurangan koordinasi, kekakuan otot, dan kesulitan berbicara. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kerusakan otak saat perkembangan anak.

  1. Conduct Disorder

Conduct disorder adalah gangguan perilaku dan emosi yang sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Gejalanya meliputi perilaku agresif, kecanduan alkohol atau narkoba, pencurian, dan lainnya. Faktor seperti lingkungan keluarga dan pengalaman traumatis dapat memicu kondisi ini.

  1. Keterbelakangan Intelektual

Keterbelakangan intelektual adalah kondisi kesehatan mental, di mana anak memiliki keterbatasan dalam mencapai tingkat kecerdasan dan keterampilan hidup yang diharapkan.

Gangguan ini bisa disebabkan oleh berbagai masalah seperti cedera, penyakit, atau gangguan genetik. Anak-anak dengan keterbelakangan intelektual memerlukan perawatan jangka panjang untuk membantu mereka berkembang secara optimal.

Selain gangguan tumbuh kembang anak, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…