Tradisi Maulid Nabi yang Menjadi Acara Tahunan di Beberapa Daerah di Indonesia
ERA.id - Maulid Nabi merupakan salah satu perayaan yang sangat berarti bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di tanah air yang kaya akan keberagaman budaya, terdapat tradisi Maulid Nabi yang memiliki keunikan sendiri.
Artikel ini akan membahas bagaimana tradisi Maulid Nabi dirayakan dan dihormati di berbagai wilayah di Indonesia. Hal tersebut sekaligus memperlihatkan kekayaan warisan budaya serta keragaman dalam penghayatan agama Islam.
Aneka Ragam Tradisi Maulid Nabi
Bungo Lado di Sumatera Barat
Tradisi "Bungo Lado" di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, memiliki akar yang dalam dan unik. Perayaan Maulid Nabi di daerah ini dirayakan di masjid-masjid tua atau yang telah berdiri selama berabad-abad.
Perayaan "Bungo Lado" ditandai dengan pembuatan pohon hias yang dihiasi dengan uang kertas dari berbagai nominal. Uang tersebut kemudian dijalin atau dipasang pada ranting-ranting pohon, menyerupai daun-daun yang rimbun.
Tradisi "Bungo Lado" mencerminkan rasa kedermawanan dan solidaritas sosial dalam masyarakat Minangkabau. Selain sebagai bentuk penghormatan pada perayaan Maulid Nabi, uang yang digunakan untuk menghiasi pohon tersebut nantinya akan didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan.
Panjang Jimat
Panjang Jimat adalah tradisi Maulid Nabi yang digelar di Keraton Cirebon, Jawa Barat. Biasanya akan ada arak-arak makanan, terutama nasi tujuh rupa atau nasi jimat. Tradisi ini memiliki latar belakang sejarah dari Kalifah Sholahuddin Al Ayubi yang selalu merayakan Maulid Nabi dengan berbagai upacara untuk menginspirasi umat muslim.
Nama "Panjang Jimat" merujuk pada piring besar berbahan keramik yang disebut "Panjang," sementara "Jimat" merujuk pada benda pusaka yang memiliki makna penting. Upacara ini merupakan tradisi tahunan yang dihadiri oleh ribuan orang dari berbagai daerah.
Walima di Gorontalo
Masyarakat Gorontalo merayakan hari Maulid Nabi Muhammad SAW dengan menjalankan tradisi Walima, sebuah perayaan yang telah diwariskan turun-temurun sejak masa kerajaan Islam di Gorontalo pada abad ke-17.
Tradisi Walima dimulai dengan lantunan Dikili, bentuk dzikir lisan khas masyarakat Gorontalo, yang dipraktikkan di masjid-masjid.
Selanjutnya, setiap rumah mempersiapkan kudapan tradisional seperti kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi. Kudapan-kudapan ini kemudian diatur rapih pada sebuah Tolangga, sebuah usungan kayu yang menyerupai perahu atau menara.
Prosesi membawa Tolangga dari rumah ke masjid menjadi atraksi yang dinantikan oleh seluruh masyarakat.
Rolasan
Pada tiap tahunnya atau pada tanggal 12 Rabiul Awal, Desa Pejengkolan di Kabupaten Kebumen akan menggelar tradisi unik rolasan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tradisi Rolasan diperingati dengan upacara dimana warga membawa makanan seperti nasi gilig, ayam panggang, opak, dan pisang. Mereka melaksanakan ritual ini dengan penuh kekompakan dan menjalin rasa kekeluargaan.
Badikia dan Malamang
Sementara itu, di Desa Sungai Pasak, Kota Pariaman, perayaan Maulid Nabi dihiasi dengan tradisi Badikia (berzikir) dan Malamang (pembuatan Lamang).
Badikia menciptakan suasana religius, sementara Lamang digunakan sebagai hidangan untuk Labai yang Badikia dan tamu. Tradisi ini menggambarkan keberagaman budaya dalam merayakan Maulid Nabi.
Selain tradisi maulid nabi, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…