Mengenal Beda Gejala Cacar Monyet dan Cacar Air serta Penularannya

ERA.id - Jumlah kasus cacar monyet atau monkeypox di Indonesia meningkat. Berdasarkan catatan Dinkes DKI Jakarta, ditemukan empat kasus baru di Jakarta.

Total kasus cacar monyet sejak 2022 adalah tujuh orang. Masyarakat perlu tahu beda gejala cacar monyet dan cacar air agar tidak salah mengambil tindakan.

Kasus Cacar Monyet di Indonesia

Menurut Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Ngabila Salama, keempat kasus terkonfirmasi pada Sabtu (21/10/2023). Para pasien tersebut bukan berasal dari satu klaster tertentu. Mereka tidak tertular pasien yang ditemukan sebelumnya.

"Empat kasus baru ini beda-beda dan tidak ada keterkaitan," terang Ngabila, dikutip Senin (23/10/2023).

Kasus cacar monyet yang pertama kali teridentifikasi ada di Jakarta pada Agustus 2022. Satu pasien positif tersebut saat ini telah dinyatakan sembuh.

Masuk tahun 2023, kasus monkeypox kembali ditemukan, yaitu pada 13 dan 19 Oktober 2023. Dua pasien terkonfirmasi positif dan masih menjalani isolasi di rumah sakit.

Kemudian, pada 21 Oktober 2023 empat orang teridentifikasi positif cacar monyet. Keempatnya telah menjalani perawatan medis dan dipastikan dalam kondisi baik serta menjalani proses pemulihan.

Ilustrasi orang kena cacar (situs resmi Pemkot Surakarta)

Apa Itu Cacar Monyet?

Dikutip dari situs resmi Litbang Kemenkes RI, cacar monyet merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Apakah ini berkaitan dengan cacar air? Virus monkeypox masuk dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Kemudian, virus yang juga masuk dalam genus Orthopoxvirus adalah virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia (digunakan untuk vaksin cacar), dan virus cacar sapi.

Pertama kali cacar monyet ditemukan pada 1958. Asal usul nama cacar monyet adalah pada tahun tersebut ditemukan penyakit mirip cacar pada koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian.

Sementara, kasus pertama cacar monyet menyerang manusia tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. Setelah itu, sebagian masyarakat di sejumlah negara Afrika terserang penyakit tersebut, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Gabon, Sierra Leone, Liberia, Nigeria, dan Republik Kongo.

Penularan virus cacar monyet bisa terjadi melalui sentuhan dengan virus dari hewan terinfeksi, sentuhan dengan orang yang terinfeksi, atau sentuhan dengan bahan yang terkontaminasi virus. Virus bahkan bisa melewati plasenta dari ibu hamil ke janin.

Penyebaran virus dari hewan ke manusia bisa terjadi melalui cakaran dan gigitan hewan terinfeksi. Pemicu lain penularan dari hewan ke manusia adalah penanganan atau pememrosesan hewan buruan dan penggunaan produk yang berasal dari hewan terinfeksi.

Virus monkeypox juga bisa menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau luka orang terinfeksi dan sentuhan langsung dengan bahan yang bersentuhan dengan cairan atau luka tubuh orang terinfeksi, misalnya pakaian. Penyebaran virus juga bisa terjadi melalui droplet.

Beda Gejala Cacar Monyet dan Cacar Air

Terdapat perbedaan gejala cacar monyet, cacar air, dan campak. Hal tersebut disampaikan oleh praktisi kesehatan spesialis dermatologi, venereologi, dan estetika, Ni Luh Putu Pitawati, dalam seminar pencegahan cacar monyet.

Ni Luh mengatakan, cacar monyet memiliki beberapa gejala, seperti demam dengan suhu tubuh lebih dari 38 derajat celsius dan munculnya ruam setelah satu hingga tiga hari.

"Pada cacar air, demam hingga 39 derajat celsius dengan ruam setelah nol sampai dua hari. Sedangkan campak, demam tinggi hingga 40,5 derajat Celsius dengan ruam setelah dua sampai empat hari," terang Ni Luh, seperti dilansir Antara.

Jenis ruam ketiga penyakit tersebut juga berbeda. Dia menjelaskan, ruam pada cacar monyet bisa berupa makula (lesi rata dengan warna berbeda berukuran hingga 0,5 cm) dan papula (lesi padat dan timbul berukuran hingga 0,5 cm), vesikel (lesi bintik dengan cairan), pustula (lesi mirip luka lepuh berisi nanah), dan krusta (kerak mengering pada luka).

Dia menjelaskan, cacar monyet menyebabkan munculnya jenis ruam yang sama di seluruh anggota tubuh pada fase akut (0—5 hari pertama) dan fase erupsi (1—3 hari setelah timbul demam). Sementara, cacar air menimbulkan ruam hanya berbentuk makula, papula, dan vesikel pada berbagai fase.

"Kemudian, pada campak, jenis ruam merupakan ruam non-vesikel di berbagai fase," tambahnya.

Dia menambahkan, terdapat perbedaan signifikan pada perkembangan ruam. Pada penderita cacar monyet, kata Ni Luh, perkembangan ruam lambat (3—4 minggu), sedangkan perkembangan ruam cacar air dan campak terbilang cepat, yaitu hitungan hari.

Itulah perbedaan gejala cacar monyet dan cacar air yang perlu diketahui. Untuk mendapatkan informasi menarik lainnya, ikuti terus Era.id.