Mengenal Oedipus Complex, Konsep Psikoseksual Sigmund Freud yang Terinspirasi dari Mitos Yunani Kuno

ERA.id - Mengenal kompleks Oedipus adalah salah satu langkah awal dalam memahami kompleksitas psikologi manusia. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud, salah satu tokoh terkemuka dalam sejarah psikoanalisis.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang kompleks Oedipus, yang merupakan cabang dari teori psikoanalitik yang membahas perasaan dan konflik yang muncul dalam hubungan anak dengan orang tua mereka.

Mengenal Oedipus Complex

Dilansir dari Health, kompleks Oedipus yang juga disebut sebagai konflik Oedipal atau situasi Oedipal, merupakan teori psikoanalitik klasik yang dikembangkan oleh Sigmund Freud.

Freud mengacu pada perasaan anak yang direpresi terhadap hasrat seksualitas terhadap orang tua kandung dan perasaan persaingan dengan orang tua. Saat ini, konsep ini menjadi kontroversial di kalangan psikolog.

Istilah oedipus complex biasanya digunakan untuk merujuk pada cinta seorang anak laki-laki terhadap ibunya dan persaingannya untuk mendapatkan perhatian dengan ayahnya.

Kemudian rasa cemburu seorang anak perempuan terhadap ibunya dan keinginannya terhadap ayahnya disebut kompleks Oedipus perempuan, atau kompleks Elektra.

Freud mendasari teorinya tentang kompleks Oedipus pada mitos Yunani kuno (unsplash)

Oedipus Complex dan Mitos Yunani Kuno

Freud mendasari teorinya tentang kompleks Oedipus pada mitos Yunani kuno tentang Oedipus, raja Thebes, seperti yang diceritakan oleh Sophocles dalam lakon "Oedipus Rex."

Mitos ini mengisahkan bahwa Oedipus diadopsi sebagai bayi oleh raja dan ratu Korintus. Setelah mendengar ramalan bahwa dia akan membunuh ayahnya dan menikahi ibunya, sang pahlawan tragis ini kemudian memutuskan untuk mencari takdirnya.

Kemudian, Oedipus menikahi Ratu Jocasta sebagai hadiah atas memecahkan teka-teki Sphinx dan menyelamatkan rakyat Thebes. Jocasta dan Oedipus yang baru dinobatkan kemudian memiliki empat anak bersama.

Dalam versi tragedi Sophocles yang pertama kali dipentaskan sekitar tahun 429 SM, Oedipus mencari pembunuh Laius, raja sebelumnya, hanya untuk menemukan bahwa pembunuh Laius meninggal oleh tangannya sendiri.

Namun setelah mengetahui bahwa Laius adalah ayahnya, Oedipus mengecilkan matanya dan mengasingkan diri. Jocasta, yang merupakan ibu dan istri Oedipus kemudian bunuh diri.

Dari Mana Asal Usul Kompleks Oedipus?

Freud pertama kali memperkenalkan konsep kompleks Oedipus dalam teks berpengaruhnya tahun 1899, "The Interpretation of Dreams." Namun, dia baru menciptakan istilah tersebut pada tahun 1910, ketika dia merinci empat tahap perkembangan psikoseksualnya.

Selama setiap tahap tersebut, libido (nafsu seksual) seorang anak difokuskan pada aktivitas dan bagian tubuh tertentu. Teori Freud menyatakan bahwa anak-anak yang tidak "mengatasi" setiap tahap dengan benar dan melanjutkan ke tahap berikutnya berisiko mengembangkan neurosis (yang melibatkan stres, kecemasan, dan/atau obsesi), psikosis (kehilangan kontak dengan realitas), atau perilaku perversi saat dewasa.

Menurut Freud, bayi dan anak-anak melewati tahap perkembangan psikoseksual sebagai berikut:

  • Tahap Oral: Berkisar pada aktivitas yang melibatkan mulut (seperti menyusui, menghisap, dan menggigit) selama tahun pertama kehidupan bayi.
  • Tahap Anal: Berkaitan dengan pengendalian dan pengeluaran tinja selama tahun kedua anak.
  • Tahap Falik: Fokus pada penis atau klitoris yang dimulai sekitar usia tiga tahun.
  • Tahap Latensi: Anak-anak mulai mengidentifikasi diri dengan teman sejenis sekitar usia enam tahun.
  • Tahap Genital: Anak-anak dan remaja mulai mendambakan hubungan seks dengan pasangan berlawanan.

Selain mengenal oedipus complex, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…