Berapa Detak Jantung Normal untuk Lansia? Ini Ukurannya

ERA.id - Frekuensi detak jantung merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui kesehatan jantung. Berapa detak jantung normal untuk lansia? Simak penjelasannya di bawah ini.

Jantung memiliki fungsi yang penting untuk tubuh. Untuk memastikan jantung berfungsi dengan baik, Anda dapat mengukur frekuensi detak jantung.

Namun, detak jantung dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, mulai dari usia, penyakit tertentu, emosi, sampai aktivitas seseorang.

Berapa Detak Jantung Normal untuk lansia?

Pada dasarnya, penting untuk memahami detak jantung normal manusia. Hal ini untuk mengetahui adanya penyakit jantung. Oleh sebab itu, umumnya dokter akan menentukan skrining penyakit jantung, salah satunya dengan memeriksa detak jantung pasien.

Menurut American Heart Association, detak jantung normal per menit pada orang dewasa antara 60 hingga 100 detak per menit (bpm). Angka ini tentu dapat dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya usia, stres, cemas, kondisi tubuh, atau aktivitas fisik yang dilakukan.

Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Di bawah ini adalah detak jantung normal berdasarkan usia:

  • Bayi baru lahir: 100 - 205 bpm
  • 0 - 1 tahun: 100 - 180 bpm
  • 1 - 3 tahun: 98 - 140 bpm
  • 3 - 5 tahun: 80 - 120 bpm
  • 5 - 12 tahun: 75 - 118 bpm
  • 13 - 18 tahun: 60 - 100 bpm
  • 18 tahun ke atas: 60 - 100 bpm

Detak jantung di bawah 60 bpm tidak selalu menandakan terdapat masalah pada jantung. Sebab, detak jantung normal dewasa memiliki perbedaan dengan jantung atlet. Seorang atlet mungkin mempunyai detak jantung yang berkisar 40 hingga 60 detak per menit.

Apa Saja Faktor Penyebab yang Mempengaruhi Detak Jantung Normal

Detak jantung normal pada anak, dewasa, dan lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Di bawah ini adalah beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi frekuensi detak jantung:

Usia

Usia dapat berpengaruh terhadap frekuensi detak jantung. Umumnya, detak jantung normal pada bayi dan anak-anak akan lebih tinggi daripada detak jantung normal dewasa.

Detak jantung normal bayi dalam kandungan berkisar 110 hingga 160 bpm. Seiring dengan kondisi di dalam rahim, denyut jantung normal janin ini akan berubah.

Selain itu, detak jantung normal lansia juga akan berbeda. Pada lansia di atas usia 60 tahun, detak jantung normalnya berkisar antara 75 hingga 136 bpm.

Intensitas Kegiatan

Menurut dr. Andika Widyatama, semakin banyak bergerak, maka frekuensi detak jantung akan semakin meningkat.

“Saat tubuh bergerak, kerja beberapa organ seperti otot akan semakin berat. Ini membuat otot membutuhkan suplai oksigen dan nutrisi yang lebih banyak untuk menjalankan fungsinya. Pada akhirnya, jantung harus memompa darah lebih banyak,” jelasnya.

Jadi, jangan heran jika Anda merasa jantung berdebar setelah olahraga. Kondisi ini normal, asalkan tidak diikuti gejala nyeri dada atau sesak setelah olahraga. Pasalnya, nyeri dada, sesak napas, hingga keringat dingin adalah tanda serangan jantung saat olahraga yang dapat terjadi.

Suhu Udara

Ketika suhu dan kelembapan udara lebih tinggi, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah lebih banyak ke seluruh tubuh. Dengan demikian, otomatis frekuensi detak jantung juga akan meningkat.

Ukuran Tubuh

Timbunan lemak yang berlebihan pada tubuh juga dapat menghambat aliran darah di pembuluh darah arteri dan vena.

Kondisi ini dapat mengakibatkan jantung bekerja lebih berat, sehingga terjadi peningkatan frekuensi detak jantung.

Emosi

Sedang merasa gelisah dan merasa jantung berdetak lebih kencang? Beberapa orang mungkin khawatir, tapi ini adalah kondisi yang normal.

Pasalnya, kondisi stres, cemas, atau gembira yang dirasakan secara berlebihan juga dapat mengakibatkan peningkatan frekuensi detak jantung.

Posisi Tubuh

Posisi tubuh tertentu juga dapat mempengaruhi detak jantung seseorang. Saat terjadi perubahan posisi, contohnya dari duduk ke berdiri, frekuensi detak jantung dapat sedikit meningkat dalam waktu yang singkat.

Obat-Obatan

Frekuensi detak jantung juga dapat dipengaruhi oleh efek samping dari obat-obatan. Sebagai contoh, beberapa obat untuk terapi asma (albuterol atau kortikosteroid yang dihirup) bisa jadi penyebab jantung berdebar-debar.

Bahkan, ada juga obat yang dapat meningkatkan tekanan darah sekaligus frekuensi detak jantung, seperti obat pilek yang mengandung pseudoephedrine dan phenylephrine.

Demikianlah penjelasan tentang berapa detak jantung normal untuk lansia, semoga informasi ini bermanfaat.

Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…