Mengenal Tradisi Boh Gaca yang Dijalani Calon Pengantin Wanita di Aceh
ERA.id - Bagi Anda yang tinggal di Aceh, tentunya sudah mengenal tradisi boh gaca. Pasalnya, setiap calon pengantin wanita di Aceh yang hendak mengadakan acara pernikahan akan menjalani tradisi Boh Gaca (ukiran inai).
Ukiran inai ini akan diberikan pada jari tangan dan kaki dengan motif ukiran khas yang berbeda, disesuaikan dengan asal daerah masing-masing.
Untuk memberi ciri khas dan pesona pada pengantin wanita
Dari informasi yang didapatkan dari sejumlah sumber, tradisi boh gaca yang dijalani oleh masyarakat di Aceh memiliki tujuan untuk memberi kekhasan dan menambah pesona kepada setiap pengantin wanita yang menjalankan perkawinan.
Tradisi ukiran inai ini sudah dijalankan turun temurun sejak ratusan tahun lalu. Adapun motif inai yang diukir, misalnya motif pintu Aceh, cincin Nabi Sulaiman, bungong awan sion, bungong awan meucanek dan lain sebagainya.
Masing-masing motif tersebut mempunyai makna dan nilai filosofi tersendiri. Sedangkan acara boh kaca pengantin ini biasa disebut dengan istilah malam boh gaca.
Menurut sejumlah tokoh masyarakat Aceh, berinai pada pesta dijalankan masyarakat Aceh pada zaman dahulu karena adanya pengaruh budaya luar seperti budaya orang India dan arab, dan tidak ada doa atau makna apapun bagi masyarakat Aceh.
Sedangkan untuk bahan-bahannya terbuat dari bahan alami dan bisa didapatkan dengan mudah, yaitu daun pacar.
Bagi Anda yang memahami, daun pacar memiliki khasiat yang sangat banyak, tidak merusak kulit, sehingga aman jika digunakan setiap hari.
Acara malam berinai dilakukan 3 hari sebelum acara duek sandeng (duduk sanding), hal ini juga dijalani sebagai pelestarian tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun.
Pada umumnya, dalam tradisi ini, sejumlah tetangga perempuan baik tua maupun muda akan hadir, terutama saudara-saudara tua. Tradisi ini sekaligus dijadikan momen meminta dan memberi doa restu agar nantinya pernikahan dara dapat berlangsung lancar.
Prosesi Malam Boh Gaca
Malam boh gaca juga dilakukan sebagai bentuk undangan atau mengumumkan kabar bahagia pada keluarga besar bahwa akan digelar pesta pernikahan.
Keluarga dari ayah dan ibu dara baro akan berkumpul untuk mempererat tali silaturahmi. Saudara tua yang hadir di malam boh gaca juga akan membekali nasihat terkait pernikahan dan kehidupan rumah tangga kepada dara baro.
Mereka yang sudah membina keluarga lebih dulu membagikan sedikit nasihat dan pengalamannya sebagai bekal bagi mempelai.
Jika mengikuti aturan aslinya, malam boh gaca dijalankan 3-7 hari menjelang akad nikah. Selama beberapa hari tersebut, dara baro tidak diperkenankan keluar rumah atau bertemu dengan linto baro (sebutan untuk mempelai pria Aceh).
Malam boh gaca juga dimaksudkan sebagai masa-masa pingitan bagi dara baro. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan demi keamanan dan keselamatan calon pengantin.
Malam boh gaca juga hanya berlaku bagi wanita yang akan menikah untuk pertama kalinya. Tradisi ini sekaligus menegaskan status mempelai wanita di masyarakat dan keluarga besar kedua belah pihak.
Demikianlah penjelasan untuk mengenal tradisi boh gaca. Semoga informasi ini bermanfaat!
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…