ERA.id - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengharapkan pemugaran makam Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah yang juga merupakan sultan terakhir Aceh di TPU Utan Kayu, Rawamangun, Jakarta Timur, harus menjadi tradisi untuk menjaga para pejuang.
Anies menyampaikan hal itu saat berziarah sekaligus meresmikan pemugaran makam Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah di Jakarta Timur, Senin (13/12/2021) kemarin.
Anies disambut oleh perwakilan keluarga yang juga keturunan dari Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah. Total ada tujuh makam keluarga Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah yang dipugar oleh Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.
"Semoga dengan pemugaran ini bisa menjaga tradisi, melahirkan pejuang-pejuang yang torehan peristiwanya dicatat puluhan tahun, beratus tahun ke depan," kata Anies Baswedan.
Anies menjelaskan bahwa pemugaran makam tersebut menghabiskan dana Rp2,1 miliar dengan waktu pengerjaan dimulai sejak Oktober 2021.
Dalam kesempatan itu, Anies juga diberikan Kopiah Meukeutop Aceh dan juga siwah yang merupakan senjata tradisional khas Bumi Serambi Mekah dari perwakilan keluarga Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah.
"Insyaallah ini akan saya jaga sebaik-baiknya bukan sekadar sebagai barang, tapi sebagai amanah dan kehormatan yang kita jaga bersama-sama," ujar Anies.
Perwakilan keluarga Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah, Tengku Dian Anggraeni mengaku sangat bahagia dengan pemugaran makam leluhur oleh Pemprov DKI Jakarta.
"Pemugaran ini kami sangat antusias sekali ya karena selama ini makam kakek kami, makam Sultan tidak terlihat oleh khalayak umum," ujar Tengku Dian Anggraeni.
Dian berharap pemugaran makam leluhur Aceh itu juga dapat dijadikan bahan pembelajaran sejarah bagi generasi muda.
Dia juga berharap ke depan Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah dapat diangkat sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia.
"Mudah-mudahan bisa jadi pembelajaran untuk anak-anak kita bahwa ada pejuang yang namanya tidak tercatat sebagai pahlawan nasional," tutur Dian.
Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah lahir pada 1871. Dia menggantikan kedudukan Sultan Muhammad Alaidin Daudsyah dan diangkat sebagai sultan Aceh di Masjid Indrapuri pada 1878.
Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah semasa berkuasa sangat menentang Belanda yang saat itu telah menguasai wilayah Kutaraja. Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah bahkan merobek draf damai karena tidak mengakui kekuasaan Belanda.
Akhirnya, Belanda mengasingkan Sultan Muhammad Alaidin Daud Syah pada 1907. Dia meninggal sebagai tawanan Belanda di Batavia (Jakarta) pada 6 Februari 1939 dan dimakamkan di Rawamangun.