Mengenal Profil Abuya Muhtadi, Ulama Besar Asal Banten
ERA.id - Profil Abuya Muhtadi atau Ahmad Muhtadi atau Abuya Muhtadi Dimyathi Al-Bantany mendapat perhatian. Belum lama ini dia menyatakan dukungannya kepada calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dalam gelaran Pemilu 2024.
Muhtadi merupakan pengasuh pondok pesantren Roudotul Ulum Cidahu, Pandeglang, Banten. Menurut Dewan Penasihat TPN Ganjar-Mahfud, Yenny Wahid, Muhtadi bersedia menjadi Dewan Penasit TPN Ganjar-Mahfud.
"Abuya Muhtadi sudah menyatakan bersedia untuk duduk menjadi salah satu, menjadi dewan penasihat. Jadi beliau berkenan untuk menemani kami-kami semua, yang sedang berjuang," terang Yenny Wahid dalam konferensi pers di Gedung High End, Jakarta Pusat, setelah menggelar pertemuan tertutup dengan Abuya Muhtadi, Minggu (3/12/2023).
Profil Abuya Muhtadi
Dikutip dari NU Online, Abuya Muhtadi Dimyathi Al-Bantany atau kerap disapa Abuya Muhtadi memiliki nama kecil Ahmad Muhtadi. Dia lahir pada 26 Desember 1953 di Cidahu, Desa Tanagara, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Ayah Muhtadi adalah Abuya Dimyathi bin M. Amin Al-Bantany, sedangkan ibunya adalah Asma' binti ‘Abdul Halim Al-Makky. Pendidikan agama awal didapatkan Abuya Muhtadi saat masih sekolah di Sekolah Rakyat (SR) Tanagara dari ibunya.
Saat itu, ayahnya masih berkelana (siyahah) di berbagai pondok pesantren (ponpes) yang ada di Nusantara sekaligus bersilaturahmi, bertabarruk, dan tholab kepada para ulama.
Selesai dari SR (1965) Abuya Muhtadi diajak ayahnya melakukan siyahah sembari terus menimba ilmu agama selama 10 tahun. Pada 1975 Muhtadi ikut ayahnya iqomah di Kampung Cidahu, Tanagara, Cadasari, Pandeglang, Banten, sambil merintis ponpes.
Setelah itu, dia memimpin ponpes, tapi masih terus belajar. Ayahnya terus memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada Muhtadi hingga ayahnya meninggal pada 3 Oktober 2003.
Selama belajar ilmu agama selama puluhan tahun, Abuya Muhtadi telah mengkhatamkan banyak kitab ulama salaf dari berbagai fan (cabang). Tak hanya khatam, dia juga telah mengkajinya dengan sistem pendidikan pesantren salaf.
Dalam fan ilmu tafsir, Muhtadi sudah mengkhatamkan Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabary (tafsir terbesar) dan Tafsir Ibnu Katsir. Dalam fan qiro'ah, dia ahli dalam qiro'ah sab’ah dan qiro'ah ‘asyaroh. Dia juga telah menjadi hafiz atau penghafal Al-Qur’an.
Dalam fan ilmu Al-Qur'an, Muhtadi sudah mengkhatamkan Al-Burhan, Al-Itqon, dan lain-lain. Dalam fan hadis, dia sudah mengkhatamkan Kutub As-Sittah. Kemudian, dalam fan fikih, dua telah mengkhatamkan Tuhfatul Muhtaj, Mughnil Muhtaj, Asnal Matholib, dan dari fan-fan lain yang ada 14 fan.
Abuya Muhtadi telah mengkhatamkan serta menguasai 4 kitab pedoman muta'akhkhirin as-Syafi’iyyah (Tuhfatul Muhtaj, Mughnil Muhtaj, Nihayatul Muhtaj, Asnal Matholib) dan kitab Raudlatut Tholibin (kitab yang menjadi pegangan para mufti). Atas capaian tersebut, dia disebut Mufti Asy-Syafi’iyyah. Berikut adalah beberapa julukan yang telah disandangnya.
- Al-Mutafannin, yaitu orang yang menguasai berbagai fan ilmu agama).
- Al-Musnid, karena sudah disahkan untuk mengijazahkan Kitab Sanad Kifayatul Mustafid karangan Syaikh Mahfudz At-Tarmasy.
- Al-Mursyid, karena menguasai 14 fan thariqah dan menjadi Mursyid Thariqah Asy-Syadziliyyah.
- Syaikhul Masyasikh, yaitu kiainya para kiai. Itu karena pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin, di majelis taklim dia berkumpul dengan para kiai dari berbagai daerah di Banten. Para kiai itu ingin menimba ilmu agama yang diajarkan oleh Abuya Muhtadi, meneruskan majelis taklim asuhan ayahnya.
Itulah berbagai informasi mengenai profil Abuya Muhtadi. Untuk mendapatkan info menarik lainnya, ikuti terus Era.id.