Critical Eleven, Waktu Krusial dalam Penerbangan
Selain itu pesawat yang dikemudikan Capt Bhavye Suneja, juga meminta return to base (RTB) atau kembali ke bandara 2 menit setelah take off dari Bandara Soekarno-Hatta. Hingga pada akhirnya pesawat hilang kontak pada ketinggian 2.500 kaki di udara.
"Dua menit. Jadi 2 menit mungkin pilot merasakan ada hal yang perlu dia kembali landing dia minta izin kepada menara pengawas untuk melakukan pendaratan kembali ke Cengkareng," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Senin (29/10).
Pihak AirNav juga mengaku telah menerima permintaan return to base itu dan memberikan prioritas kepada pesawat agar bisa segera kembali. Namun, belum sempat tiba di bandara, pesawat sudah hilang kontak sekitar 13 menit kemudian atau pukul 06.33 WIB.
Dalam dunia kedirgantaraan, rentan waktu nol sampai 11 menit dikenal sebagai critical eleven. Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan, kondisi tersebut menjadi waktu-waktu kritis dalam penerbangan.
"Secara umum pesawat itu memang punya waktu sekitar 10 menit pertama saat lepas landas dan 10 menit terakhir menjelang mendarat. Selama waktu itulah masa-masa kritis dalam penerbangan," kata Alvin kepada era.id.
Alvin menjelaskan, selama rentang waktu critical eleven, pilot hanya memiliki ruang gerak yang terbatas untuk mengendalikan pesawat saat lepas landas maupun mendarat. Sehingga bila terjadi gangguan teknis pilot akan kesulitan dalam melakukan upaya penyelamatan.
"Pada rentan waktu 10 menit pertama saat tinggal landas, pesawat harus bergerak dengan daya maksimum dari mesinnya. Untuk mencapai ketinggian yang ideal, pesawat harus melakukan manuver-manuver belok dan sebagainya sehingga bila terjadi gangguan teknis pilot hanya memiliki ruang dan waktu yang terbatas untuk melakukan recovery," papar Alvin.
Demikian juga untuk proses pendaratan atau landing, rentan waktu sekitar 10 menit terakhir, kata Alvin pesawat hanya bergerak dengan daya minimum sekedar menahan laju pesawat agar tidak jatuh. Pilot juga akan banyak melakukan manuver-manuver tertentu untuk meluruskan arah pesawat dalam ketinggian yang sangat rendah.
"Dan sama juga ketika tinggal landas, pilot tak punya ruang gerak yang luas serta ketinggian dan waktu yang cukup terbatas dalam mengendalikan pesawat, hal itu lah yang disebut critical eleven atau masa-masa kritis penerbangan," ungkap Alvin Lie.