Badai Matahari 2023 Terjadi di Akhir Tahun, Apa Dampaknya?

ERA.id - Badai Matahari adalah sebuah fenomena yang sebelumnya diantisipasi bakal menerjang pada tahun 2025, ternyata akan melanda lebih cepat yakni di akhir tahun 2023 ini. Mari menggali lebih jauh badai matahari 2023 ini beserta mengenali dampaknya.

Kedatangannya badai matahari yang lebih awal dan diprediksi lebih hebat dari yang diperkirakan sebelumnya, menimbulkan keprihatinan akan dampak yang bakal ditimbulkannya. Hal ini menciptakan kekhawatiran akan potensi dan pengaruhnya terhadap berbagai aspek.

Fenomena Badai Matahari 2023

Dilansir dari BBC, fenomena Badai matahari langka ternyata dapat menyebabkan kekacauan di jalur kereta api di Inggris dengan memicu gangguan magnetik yang kuat, hal tersebut sebagaimana peringatan para ilmuwan.

Studi di Universitas Lancaster menemukan peristiwa langit ini dapat mengganggu sistem listrik jaringan dan menyebabkan sinyal beralih dari merah ke hijau.

Peneliti Cameron Patterson mengatakan badai matahari langka ini perlu dianggap serius oleh industri kereta api. Meskipun demikian, Network Rail mengatakan bahwa risikonya dianggap sangat kecil.

Badai matahari sendiri disebabkan oleh partikel berenergi tinggi yang menyerang Bumi setelah dilepaskan dalam ledakan dahsyat dari Matahari. Partikel tersebut dapat mengganggu teknologi dan jaringan listrik.

Di masa lalu terbukti ketika semburan matahari menyebabkan pemadaman sembilan jam bagi jutaan orang di provinsi Quebec, Kanada, pada tahun 1989.

Selain itu, orang-orang di Victoria juga berjuang dengan efek cuaca luar angkasa pada tahun 1859 ketika letusan matahari besar menyebabkan badai geomagnetik yang mengganggu sinyal kereta api dan jalur telegraf.

badai matahari 2023, fenomena

Dampak Badai Matahari Menurut pada Ilmuan

Sebuah tim peneliti di Universitas Lancaster melihat bagaimana peristiwa badai matahari menciptakan arus listrik yang diinduksi secara geomagnetik yang dapat menyebabkan kerusakan sinyal kereta api.

Mereka menguji hal ini menggunakan model komputer dari bagian West Coast Main Line dari Preston ke Lancaster, serta jalur Glasgow ke Edinburgh.

Patterson, seorang peneliti fisika PhD, mengatakan studi tersebut menunjukkan bahwa badai matahari dengan dampak tinggi dan frekuensi rendah memang memiliki risiko.

Perlu diketahui, badai matahari lebih mungkin terjadi selama puncak siklus aktivitas magnetik matahari selama 11 tahun, dikenal sebagai "maksimum matahari". Tim peneliti Lancaster mengkonfirmasi bahwa maksimum matahari berikutnya diharapkan sekitar 2025 atau 2026.

Berdasarkan penelitian tersebut, Jim Wild, seorang profesor fisika luar angkasa di Universitas Lancaster, mendesak industri kereta api untuk mempertimbangkan risiko cuaca luar angkasa ini. Jim juga mendesak agar industri memikirkan bagaimana melindungi layanan mereka dari ancaman tersebut.

"Pada masa depan, kita bisa melihat ramalan cuaca luar angkasa digunakan untuk membuat keputusan tentang pembatasan operasi kereta api jika diharapkan terjadi kejadian ekstrim, seperti ramalan cuaca meteorologis yang digunakan saat ini," katanya.

Sementara itu, Martin Frobisher dari Network Rail, yang mengelola sebagian besar jaringan kereta api di Inggris mengatakan badai matahari tersebut teoritis bisa menjadi ancaman. Selain itu, perusahaan menganggap badai tersebut sebagai "risiko yang sangat kecil".

"Kita perlu memfokuskan sumber daya terbatas kita pada masalah-masalah yang lebih tinggi, seperti perubahan iklim," tambahnya.

Selain badai matahari 2023, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…